REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Krisis ekonomi global memperlihatkan dampaknya. Organisasi Buruh Internasional (ILO) memaparkan, sekitar 21 juta orang atau tiga dari seribu orang di seluruh dunia dipaksa atau ditipu untuk menjadi pekerja prostitusi.
Data ILO menunjukkan, sekitar 4,5 juta diantaranya, terutama wanita dan anak perempuan, menjadi korban eksploitasi seksual dan perdagangan manusia. Dengan nilai diperkirakan hingga 32 miliar dolar per tahun.
Pendiri lembaga sosial Apne AAp Women Worldwide India, Ruchira Gupta menambahkan, pemangkasan dana untuk program-program yang terkait perempuan mengurangi pilihan pekerjaan untuk mereka, kecuali prostitusi.
“Kami melihat adanya peningkatan pada 10 daerah yang masuk kategori lampu merah, seperti juga usia para gadis-gadis yang ada di dalamnya,” ujar dia seperti dikutip dari Reuters, Kamis (6/12).
Rata-rata usia para gadis yang dilacurkan di India antara 9-13 tahun.
Pendiri lembaga Not For Sale, David Batstone mengatakan, krisis keuangan global telah menciptakan ketidakstabilan dalam politik masyarakat. Hal itu juga meningkatkan risiko pada tindakan ekspoitasi.
“Di mana ada kesulitan ekonomi, tanpa aturan hukum untuk menjamin hak-hak masyarakat, mereka akan dimanfaatkan.”
Batstone menambahkan, lembaganya menemukan tiga dari empat perempuan yang memperdagangkan dirinya di Amsterdam berasal dari Rumania, Bulgaria, dan Hongaria. Negara yang memang mengalami kesulian ekonomi.