REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Jam pelajaran agama di sekolah-sekolah perlu ditambah, terutama sekolah di bawah Kementerian Pendidikan, demikian menurut legislator yang juga Ketua Komisi VIII DPR Ida Fauziah.
"Kalau jam pendidikan di sekolah di bawah Kementerian Agama sudah besar porsinya, tapi untuk yang sekolah umum masih kurang, sehingga perlu ditambah," katanya di sela-sela Kongres IPNU ke-XVII dan IPPNU ke-XVI di Asrama Haji Palembang, Sumatera Selatan, Ahad (2/12).
Pihaknya mengatakan, saat ini memang terjadi penurunan karakter. Banyak moral para peserta didik yang dianggap memudar, sehingga memang dibutuhkan untuk pendidikan moral dan karakter yang lebih.
Ia juga mengatakan, tidak bisa mengandalkan jam pelajaran agama di sekolah saat ini. Jam itu perlu ditambah, dan anak-anak perlu diberikan pencerahan tentang moral keagamaan.
Ia menyebut, sudah meminta kepada lembaga terkait agar menambah jam pelajaran agama di sekolah. Bahkan, harus ada organisasi ekstra kurikuler yang mendekatkan pada pemberdayaan para pelajar dengan berbagai macam ilmu pendidikan.
Ia justru menilai, keberadaan IPNU-IPPNU sebagai organisasi pengkaderan sangat membantu. Tujuan lembaga ini memberikan wadah dan media bagi pelajar, santri, dan mahasiswa.
"Harusnya, dengan keberadaan lembaga ini bisa memberikan pemahaman yang lebih baik. Perlu dibangun pemahaman agama yang lebih baik, bahkan untuk ekstra kurikuler oleh IPNU-IPPNu sangat mendukung," ungkap perempuan yang berangkat dari PKB itu.
Sementara itu, panitia acara Maulida mengatakan kaderisasi dan mengawal pendidikan memang menjadi lahan garap dari IPNU-IPPNU.
Terlebih lagi, lembaga ini mewadahi dari pelajar, santri, dan mahasiswa. Mereka adalah generasi muda yang memang harus disiapkan demi memimpin negara ini.
"Jika pendidikan karakter mereka baik, tentunya masa depan negara ini juga baik. Pendidikan sudah menjadi ketegasan bagi IPNU-IPPNU, dan kami akan terus memberikan komitmen untuk pendidikan," kata Maulida.
Pihaknya juga prihatin dengan berbagai macam kejadian yang menimpa para pelajar seperti terlibat narkotika, tawuran. Selain itu, banyaknya komunitas anak-anak "punk" juga menambah kekhawatiran mereka.
Ia mengharapkan, dengan adanya kegiatan di IPNU-IPPNU menjadikan mereka lebih berdaya dan bermanfaat untuk lingkungan dan keluarga.