REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Putri Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid, menganggap permintaan maaf Ketua DPP PD Sutan Bhatoegana pada keluarganya Kamis (29/11) sekaligus menjadi momen pelurusan sejarah terkait kepemimpinan ayahnya semasa menjabat Presiden RI pada 1999-2001.
"Momen ini buat pelurusan sejarah," kata Yenny Wahid dalam jumpa pers yang didampingi Sutan Bathoegana dan Anas Urbaningrum di kediaman keluarga besarnya, di Ciganjur, Jakarta Selatan, Kamis (29/11).
Yenny menegaskan pelengseran Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dari jabatan Presiden bukan karena kasus korupsi, seperti yang pernah disiratkan Bhatoegana dalam pernyataanya. Gus Dur, kata Yenny, lengser karena saat itu ingin mengganti Kepala Polri namun DPR marah karena tidak ada konsultasi.
"Jadi karena ketegangan antara DPR/MPR dan pemerintah saat itu, bukan kasus korupsi. DPR marah karena tidak konsultasi dengan mereka dalam penggantian Kapolri," ujarnya.
Anggota DPR dari Fraksi Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana memenuhi rencananya untuk mengunjungi kediaman almarhum mantan Presiden RI, Abdurrahman Wahid atau Gus Dur pada Kamis (29/11).
Sutan Bhatoegana terlihat ditemani Ketua Umum dan Wakil Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Anas Urbaningrum dan Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Jhonny Allen Jhonny Allen.
Sutan, yang membantah telah melakukan penghinaan mengaku siap melakukan permintaan maaf tersebut. Pasalnya kata dia, hal itu untuk menyelesaikan permasalahan atas tudingan penghinaan kepada bapak bangsa itu. "Untuk menclear-kan, supaya semua selesai tidak ada fitnah," kata Ketua Komisi VII DPR tersebut.