Rabu 21 Nov 2012 19:32 WIB

Daging Sapi Mahal Bukan Ulah Spekulan

Rep: Dwi Murdaningsih/ Red: Karta Raharja Ucu
Pedagang melayani pembeli daging sapi di Pasar Tebet, Jakarta, Selasa (20/12). (Republika/Wihdan Hidayat)
Pedagang melayani pembeli daging sapi di Pasar Tebet, Jakarta, Selasa (20/12). (Republika/Wihdan Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Meroketnya harga daging sapi, diyakini bukan ulah spekulan yang menimbun. Pemangkasan kuota impor daging sapi hingga 50 persen, menyebabkan pasokan daging sapi di gudang importir maupun distribor menjadi langka.

"Saya rasa mereka tidak menahan daging atau sapi (di gudang), tapi memang tidak ada," ujar Sekjen Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia, Robi Agustiar saat dihubungi, Rabu (21/11).

Ia mengatakan, pada 2011 kuota daging dan sapi memang berkurang.Tak ayal, 50 persen daging sapi yang dikonsumsi masyarakat kini dipasok dari produk lokal. Namun, adanya otonomi daerah menyebabkan provinsi yang menjadi sentra produksi daging, memiliki kewenangan untuk menghentikan pengiriman ke daerah lain.

Selama ini, beberapa daerah yang biasa memasok sapi untuk wilayah Jabodetabek menghentikan pasokan. Hal ini, menurut Robi yang menjadi penyebab mahalnya harga daging di pasaran. Pada 2011, kuota impor mencapai 85 ribu ton. Tahun ini, kuota impor dipotong 50 persen menjadi 34 ribu ton.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement