Selasa 20 Nov 2012 01:35 WIB

Inilah Nasihat Pakar Jepang untuk Muhammadiyah

Muhammadiyah (ilustrasi).
Muhammadiyah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Muhammadiyah harus memiliki hubungan horizontal yang harmonis dalam mengimplementasikan konsep untuk mengantisipasi kesenjangan di level cabang/ranting (grassroot) dengan level elite, kata antropolog dari Chiba University, Jepang, Mitsuo Nakamura.

"Tantangan besar yaitu menyatukan konsep dari level elit ke level grassroot, seperti konsep Buya Syafii tentang pluralisme. Meskipun Buya Syafii sudah berusaha keras dalam mengimplementasikan pluralisme agama, apakah di level grassroot juga melaksanakannya," kata Mitsuo Nakamura dalam diskusi "Refleksi Satu Abad Muhammdiyah: Masa Lalu, Kini dan Masa Depan" di Jakarta, Selasa.

Menurut Nakamura, harmonisasi kalangan elite Muhammadiyah dengan kader cabang dan ranting yang berada di daerah harus dijadikan sebuah pemikiran di dalam rencana kerja ke depan.

Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Maarif Institute for Culture and Humanity Fajar Rizal Ul Haq. Menurut dia, Muhammadiyah harus memperkuat basis konsep di level grassroot agar tidak ada kesenjangan implementasi di level elit dan cabang atau ranting.

"Semangat baru dari generasi seperti Buya Syafii ataupun Din Syamsuddin yang memberikan suatu gagasan besar, tapi ada kesenjangan implementasi di level elit dan grassroot , dimana konsep di level elit tidak dijembatani di cabang/ranting," kata dia.

Ia mengatakan hal tersebut akan menjadi suatu masalah besar di kemudian hari seperti ibarat akar pohon yang rentan maka akan tumbang kalau ada gelombang.

Ia mencontohkan di level pimpinan ranting atau kabupaten seorang pengurus Muhammdiyah bisa menjabat sampai dua periode atau bahkan seumur hidup disebabkan generasi tua tidak percaya terhadap generasi muda. "Generasi tua menganggap generasi muda belum pantas memimpin karena minim pengalaman," kata dia.

Karena itu, kata dia, Muhammadiyah harus menerapkan ideologi lebih efisien serta simultan di akar rumput di tengah fakta bahwa basis sosial semakin tergerus karena semakin terideologi sebuah organisasi sosial keagamaan pada abad 21.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement