REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemilih Indonesia masih menjadikan primordialisme kesukuan sebagai pertimbangan memilih pemimpin. Survei yang dilakukan Indonesia Network Elections Survey (INES) menyebut, 59,3 persen responden ingin memilih calon presiden (Capres) Suku Jawa.
Sebanyak 39,6 persen mendukung Capres non-Jawa. Sisanya, 1,1 persen belum menjawab. "Survei kami lakukan terhadap 6.000 responden lewat wawancara dengan margin of error sekitar 2,5 persen," kata Direktur Data INES, Sudrajat Sacaawitra, di Jakarta, Senin (19/11)
INES juga membandingkan pasangan Capres dan Cawapres dari komposisi etnis. Hasilnya tak terlalu mengejutkan, pasangan Capres Jawa dan Cawapres non-Jawa menempati rangking teratas dengan prosetase dukungan sebanyak 56, 2 persen.
Sementara Capres Jawa dan Cawapres Jawa hanya mendapat dukungan sebanyak 29,4 responden. Pemilih Capres nonJawa dan Cawapres Jawa hanya 8,2 persen. Di posisi terakhir, Capres nonJawa dan Cawapres nonJawa sebanyak 6,2 persen.
Lalu siapa figur Capres Non-Jawa yang paling mendekati tingkat harapan publik? Ketua Umum PAN Hatta Rajasa adalah tokoh etnis non-Jawa yang paling berpeluang besar menang di Pemilu Presiden 2014. Hatta mendapat dukungan elektoral sebanyak 28,6 persen.
Di bawah Hatta ada Mantan Ketum Partai Golkar, Jusuf Kalla dengan dukungan 20,2 persen. Mengikuti di belakang JK, Abu Rizal Bakrie 18,6 persen. Selanjutnya, Surya Paloh dengan dukungan 10,9 persen.
Sisanya diisi nama-nama sejumlah politikus seperti: Yusril Ihza Mahendra (3,4 persen), Puan Maharani (3,3 persen), Akbar Tanjung (3,1 persen), Marzuki Alie (2,8 persen), Gamawan Fauzi (2,6 persen), Irman Gusman (2,6 persen), Jimmly Assiddiq (2,6 persen), Ahok (1,2 persen).
Di Capres suku Jawa, nama Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto menjadi Capres berelektabilitas tertinggi dengan 33,4 persen. Berikutnya nama Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dengan 22,2 pesen. Lalu Djoko Suyanto di 9,3 persen; Pramono Edhie Wibowo 8,8 persen; dan Any Yudhoyono 7,1 persen.
Selain itu, ada pula Sri Sultan Hamengkubuwono (2,3 persen); Boediono (2,2 persen); Wiranto (2,1 persen); Dahlan Iskan (1,8 persen); Joko Widodo (1,3 persen); Mahfud MD (1,1 persen); Sri Mulyani (1 persen); Sutiyoso (0,9 persen); Ginanjar Kartasasmita (0,9 persen); Luthfi Hasan Ishaaq (0,9 persen); Sutanto (0,8 persen); Agus Harimukti Yudhoyono (0,8 persen); Muhaimin Iskandar (0,8 persen); Suryadharma Ali (0,8 persen); dan Endriartono Sutarto (0,8 persen).