REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN, Tanri Abeng, mengatakan sekarang ini BUMN memiliki banyak bos yang akhirnya menciptakan kongkalikong antara perusahaan pelat merah itu dengan lembaga legislatif.
"Sekarang, banyak BUMN yang bosnya banyak. Karena direksi ingin memperoleh proteksi, jadi dia lari juga ke mana-mana," kata Tanri di Jakarta, Selasa.
Tanri menilai oknum dari luar itulah yang mempengaruhi kinerja BUMN. Padahal, seharusnya seluruh BUMN tidak boleh meladeni kepentingan individu atau partai manapun.
Dia mengakui BUMN memang sangat menarik bagi banyak kalangan untuk berbisnis. Sejumlah kalangan juga menilai bisnis BUMN dapat menghasilkan manfaat besar sehingga tekanan yang didapat juga cukup besar.
Namun, pengusaha itu memiliki cara sendiri untuk menampik kepentingan oknum tertentu untuk memanfaatkan BUMN. "Waktu saya jadi menteri, enam bulan sebelum Pemilu 1999, saya sudah mengeluarkan surat instruksi kepada seluruh BUMN agar tidak meladeni kepentingan individu atau partai apapun," ungkap dia.
Kala itu, dia juga menegaskan BUMN hanya memiliki satu atasan yakni Menteri BUMN itu sendiri. Dengan demikian, direksi BUMN tak perlu khawatir diganti atau dipecat kecuali atas keputusan Menteri BUMN.
"Semua BUMN itu hanya punya satu bos yaitu Menteri BUMN. Mereka tidak akan diganti, dipecat, dan dizalimi kalau tidak karena keputusan dari menteri," ujar dia.
Meski sulit dibuktikan, menurut Tanri, direksi BUMN sendiri harus sadar dan bisa mengambil keputusan untuk tidak ikut menuruti permintaan atau desakan dari pihak manapun.
Ikuti Whatsapp Channel Republika