Jumat 09 Nov 2012 12:49 WIB

60 Persen Bakteri Cemari Jajanan SD

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Dewi Mardiani
Sejumlah siswa Sekolah Dasar (SD) membeli jajanan harum manis (gulali kapas) di pekarangan sekolah mereka.
Foto: Iggoy el Fitra/Antara
Sejumlah siswa Sekolah Dasar (SD) membeli jajanan harum manis (gulali kapas) di pekarangan sekolah mereka.

REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Sebanyak 60 persen bakteri air minum cemari jajanan anak Sekolah Dasar (SD). Dinas Kesehatan Kota Depok juga menemukan sebanyak 52 persen jajanan anak SD terkontaminasi oleh bakteri makanan atau yang dikenal dengan coliform.

Kepala Bidang Perbekalan Kesehatan Pengawas Obat dan Makanan Dinas Kesehatan Kota Depok Devi Maryori mengatakan bakteri coliform tersebut ditemukan pada produk makanan seperti batagor isi telur, cilok, nasi uduk, nasi goreng, bakso, dan juga brondong jagung.

Sementara itu, 60 persen minuman anak SD yang tercemar bakteri air adalah es teh manis, es mambo, sari kelapa, es buah, es krim bantal, es ketan hitam, es puter kelapa muda, dan es kocok.  "Minuman lain yang menggunakan es balok juga bisa jadi tercemar," tambah Devi.

Menurutnya jajanan dan minuman anak SD tersebut hampir semua ditemukan pada pedagang di luar sekolah. Dinas Kesehatan juga masih menemukan adanya zat formalin sebanyak 4 persen pada jajanan anak SD, seperti mi basah, tahu siomay, dan tahu isi.

 

Dinkes juga menemukan zat siklamat yang kadarnya melebihi ambang batas sebanyak 10 persen, yakni 3 gram per satu liter untuk minuman ringan. "Ditemukannya pada es buah, agar-agar, es serut, juga donat," papar Devi. Hasil penelitian tersebut diambil dari sampel yang dilakukan pada penjual makanan SD di 40 Madrasah Ibtidaiyah di Kota Depok pada Mei 2012.

Devi mengatakan pencemaran bakteri pada jajanan tersebut dapat dikarenakan dari tidak higienisnya tempat makanan, cara pengolahan makanan, penyajian dan tempat mereka berjualan. "Bisa macam-macam faktornya. Bisa karena lalat yang hinggap di makanan, atau air yang digunakan untuk masaknya sudah tercemar, wadahnya kotor, bahkan karena faktor penjualnya sendiri juga bisa yang tidak higienis," kata Devi.

Saat ini, Dinas Kesehatan Depok masih melakukan pembinaan serta pengawasan terhadap para pedagang dan juga produsen makanan. Ia juga berharap agar para orang tua turut mengawasi anak-anaknya untuk membeli jajanan. "Lebih baik bawa bekal dari rumah," katanya.

Dinas Kesehatan Kota Depok juga membentuk tim pengawas cilik yang terdiri dari anak-anak SD. Tim pengawas cilik ini bertugas untuk mengawasi setiap kantin dan jajanan dari bahan makanan yang berbahaya di sekolah mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement