Senin 05 Nov 2012 11:44 WIB

Peredam Konflik Etnis, Pemuda Jadi Andalan

Rep: Indah Wulandari/ Red: Dewi Mardiani
Kapolri Jenderal Timur Pradopo saat berkunjung ke daerah yang sebelumnya sempat terjadi bentrokan antarwarga di Lampung Selatan, Ahad (4/11).
Foto: Antara
Kapolri Jenderal Timur Pradopo saat berkunjung ke daerah yang sebelumnya sempat terjadi bentrokan antarwarga di Lampung Selatan, Ahad (4/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kalangan pemuda bisa menjadi ujung tombak upaya preventif konflik horizontal di Nusantara. Menjadi teladan dalam jejaring kepemudaan antaretnis dinilai lebih aplikatif.

"Kita semua prihatin atas peristiwa yang terjadi di Lampung Selatan. Semoga rekonsiliasi yang digagas oleh para tokoh adat dan tokoh agama yang difasilitasi pemerintah setempat betul-betul diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, termasuk dalam pergaulan para pemuda," ujar Direktur Eksekutif  Indonesia Youth Forum (IYF), Ahmad Syamsuddin, Senin (5/11).

Bentuk komunikasi yang melebur antarkelompok pemuda nampaknya benar-benar diwujudkan IYF. Seperti yang terlihat dalam acara diskusi dan doa bersama untuk perdamaian di sekretariat IYF, Kedaung Tangerang Selatan, Ahad (4/11) lalu.

Beberapa organisasi kepemudaan yang bergabung, di antaranya Simaharaja (Silaturahmi Mahasiswa Jepara di Jakarta), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Cabang Ciputat, Pagar Nusa NU Tangsel dan Pemuda Anti-Narkotika. Kelompok pemuda ini bukan hanya menyampaikan rasa prihatin atas peristiwa yang berbau SARA dan menggunakan kekerasan yang terjadi medio akhir Oktober lalu. Tapi, menghasilkan ikrar pernyataan bersama.

"Para pemuda di seluruh tanah air, khususnya yang berdomisili di daerah konflik, kita ajak untuk mengambil inisiatif serta menjadi pelopor perdamaian. Pemuda harus berperan, peran strategis pemuda sangat menentukan kemana arah tujuan bangsa ini," ujar Syamsuddin.

Agar para pemuda bisa menghayati peran sebagai teladan pendamai, Syamsuddin dan kawan-kawan mengulik tuntas berbagai tindakan yang harus dilakukan. Atas nama apapun, paparnya, kekerasan tidak bisa dibenarkan serta meminta semua elemen masyarakat untuk hidup rukun dan saling menghargai sesama.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement