Senin 05 Nov 2012 01:00 WIB

Demi Adipura, PKL di Jakarta Dilarang Berdagang (II)

Rep: Alicia Saqina, Dessy Suciati/ Red: M Irwan Ariefyanto
Penertiban Pedagang Kaki Lima, ilustrasi
Penertiban Pedagang Kaki Lima, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,Tahun lalu, Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, dan Jakarta Utara meraih Adipura untuk kategori Kota Metropolitan. Jakbar harus gigit jari karena tak berhasil meraih piala.

Di Jakarta Selatan, deretan pedagang kaki lima yang biasanya menjajakan dagangannya di pinggir Jalan Pejaten, Pasar Minggu, kini sudah tidak tampak lagi. Sudah sejak Kamis (1/11) para pedagang kaki lima ini tidak berjualan. Jalanan tersebut terlihat lebih bersih meskipun kemacetan masih tak terhindarkan.

Namun, gerobak bakso milik Sulidi (55 tahun) masih berdiri di seberang jalan pada Ahad (4/11) siang. Menurut Sulidi, dia biasanya menggunakan tenda. Dia memilih gerobak agar dapat mudah berpindah tempat apabila ada Satpol PP.

Sebelumnya, para pedagang tersebut telah mendapatkan surat edaran dari kelurahan untuk tidak berjualan agar jalan tampak rapi dan bersih. "Isinya, para pedagang dilarang berjualan dari tanggal 1 sampai tanggal 7 biar bersih untuk Adipura," kata Sulidi.

Dengan mata yang berkaca-kaca, Welas, istri Sulidi, mengeluh harus waspada setiap hari ketika berjualan. Pasangan suami-istri itu sudah 30 tahun menjajakan bakso di sekitar Pejaten. Mereka tinggal tak jauh dari lokasi berdagang. Berdagang bakso adalah satu-satunya sumber kehidupan keluarga mereka.

Di Cililitan, Jakarta Timur, sejak beberapa hari ini juga kehilangan kumpulan pedagang kaki lima yang biasa menyemuti perempatan dan jalan raya. Sejumlah pengendara motor dan mobil yang melintasi perempatan Cililitan mengaku kaget dengan lancarnya arus lalu lintas. “Ternyata pedagang kaki lima tak ada lagi,” kata Hendra Wiyatno, pegawai bank swasta di kawasan Husni Thamrin, yang biasa melewati Cililitan.

Satpol PP terang-terangan menampik jika penertiban PKL Kawasan Wisata Kota Tua ini terkait dengan penilaian Adipura. Komandan Regu (Danru) I Satpol PP Taman Sari, Jakbar, Diga, mengatakan, pihaknya sedang berjaga dan ini memang merupakan tugas rutin, bukan penertiban. Setiap hari, kata dia, juga seperti ini.

Dia beralasan, selain karena Taman Sari merupakan lokasi tugasnya, wilayah ini juga wilayah ramai dilalui pengendara dan pejalan kaki yang hendak menuju Kawasan Wisata Kota Tua. Tak heran, banyak PKL yang memanfaatkan keramaian dan posisi strategis wilayah ini. Petugas Satpol PP mengemban tugas ekstra guna menjadikan wilayah itu bersih dari PKL. “Untuk wilayah barat, Taman Sari, Pancoran, Gajah Mada, Hayam Wuruk, dan Fatahillah memang ramai (PKL). Kami hanya mengarahkan mereka, ini secara persuasif kok dan mereka mengerti,” ujar Supariyanto, wakil Danru I.

Pengamanan yang dilakukan ini, sambung dia, adalah murni sebagai rutinitas Satpol PP Taman Sari untuk membantu mengurangi kemacetan lalu lintas dan menciptakan kenyamanan pejalan kaki. Menurut Supariyanto, dia dan rekan-rekannya bertugas sesuai perintah pimpinan untuk menjaga situasi, bukan penertiban PKL atas perintah tertentu. Satpol PP juga bertugas untuk mempertahankan kondisi tertib agar kemacetan berkurang dan pejalan kaki nyaman.

Setelah diamankan Satpol PP, para PKL biasanya akan berpindah dan berkumpul di bawah kolong jalan layang Jembatan Lima. Lokasi kumpul PKL di bawah jalan layang ini pun bukanlah tempat berdagang resmi. Hanya, di antaranya terdapat PKL binaan yang sudah rapi menempati toko-toko di dalam Pasar Asemka. Mereka harus siap pindah apabila suatu saat Satpol PP mendatanginya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement