Ahad 04 Nov 2012 23:51 WIB

Demi Adipura, PKL di Jakarta Dilarang Berdagang (I)

Rep: Alicia Saqina, Dessy Suciati/ Red: M Irwan Ariefyanto
Pedagang kaki lima, ilustrasi
Pedagang kaki lima, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,Suasana Kawasan Wisata Kota Tua, Jakarta Barat (Jakbar), dan sekitarnya sedikit berbeda pada Ahad (4/11) siang. Biasanya, banyak pedagang kaki lima (PKL) yang menjajakan dagangannya di pinggir jalan dekat pasar tradisional Asemka itu. Tetapi, puluhan gerobak pedagang, mulai dari minuman, makanan, alat rumah tangga, hingga mainan itu tak tampak sejak beberapa hari ini.

Yang terlihat mencolok malah mobil dinas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) yang terparkir tepat di bawah jembatan layang pasar.

Nursalam, PKL penjual perabotan rumah tangga asal Purbalingga, Jawa Tengah, termasuk yang tak berdagang hari itu. Ia hanya duduk-duduk di atas trotoar. Di sampingnya, berdiri tumpukan dus berwarna cokelat berisi barang dagangan yang sudah rapi dilapisi plastik bening.

Nursalam mengaku, ia sempat berdagang pada pukul 10.00 WIB. “Kita enggak boleh dagang dulu,” kata penjual sendok dan mangkuk ini.

Berbeda dari penjagaan Satpol PP sebelumnya, untuk kali ini, kata Nursalam, dilakukan tidak hanya pada hari libur, tetapi juga setiap hari. Ia tidak tahu persis alasan di balik “rajinnya” polisi pamong praja itu menertibkan PKL, kecuali gosip soal adanya penilaian Adipura.

Namun, Nursalam yang mengaku menjadi PKL hanya pada setiap akhir pekan merasa yakin penjagaan dan pemantauan petugas Satpol PP di lokasinya berdagang itu bersifat sementara. Tak lama setelah memantau pedagang, menurut dia, petugas pasti akan pergi.

Sigit, pedagang segala jenis minuman ringan, berpendapat, tidak masalah jika pemerintah memindahkan lokasi berdagang mereka yang kerap membuat suasana jalan Ibu Kota semrawut ini. “Asalkan benar-benar sudah siap, saya mau,” ucap Sigit yang sudah 20 tahun menjadi PKL di daerah Jakbar ini. Bagi pria dari Kota Solo, Jawa Tengah ini, berdagang merupakan sumber penghidupan dia dan keluarganya.

Suasana sepi PKL di sekitar Museum Bank Mandiri ini berbeda dengan pemandangan PKL yang tetap menjamur di halaman depan Museum Fatahillah. Ratusan pedagang makanan, minuman, saung tato, cendera mata, jasa penyewa sepeda ontel dan topi, tukang foto keliling, serta gerai ramal masih tetap memadati area situs bersejarah itu.

Secara umum, beberapa titik PKL memang tampak hilang di Jakarta sejak sepekan lalu. Kondisi ini terjadi bersamaan dengan jadwal penilaian Adipura 2013 oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Penilaian tahap pertama berlangsung pada Oktober dan November 2012. Adipura merupakan penghargaan tertinggi kota/kabupaten di Indonesia dalam bidang kebersihan dan pengelolaan lingkungan perkotaan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement