REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tak ingin main-main dalam pembangunan megaproyek Mass Rapid Transit (MRT).
Pemprov DKI mengundang otoritas pengelola MRT Singapura, Land Transport Authority untuk berbagi pengalaman.
Dalam pertemuan yang digelar di Balai Kota Jakarta, Sabtu (3/11) itu terungkap bahwa biaya pembangunan MRT di Jakarta bukanlah yang termahal di Asia. MRT DKI ternyata masih dua kali lipat lebih murah daripada MRT Singapura.
"Jauh lebih mahal di sana (Singapura), Harganya bervariasi, tapi antara Rp 2-3 triliun per kilometer," ujar Deputi Gubernur DKI Bidang Transportasi Soetanto Soehodo menjawab kekhawatiran Gubernur Joko Widodo atas mahalnya biaya proyek MRT.
Soetanto menambahkan, mahalnya MRT di Singapura bisa jadi karena mereka mengintegrasikan sistem multi produk dari berbagai merek. Secara teknologi, MRT Singapura juga lebih unggul.
"Kalau di Singapura keretanya tidak pakai sopir. Kereta seperti ini sistem sinyalnya mesti sempurna dan akurat. Kalau kita masih ada sopirnya. Teknologinya beda, itu yang buat harganya jauh lebih mahal," imbuh Soetanto.
Seperti diketahui, skema pembangunan MRT di DKI Jakarta direncanakan menghabiskan biaya sekitar Rp 1 triliun per kilometer. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo sempat mengkhawatirkan mahalnya biaya bisa berujung pada kolapsnya megaproyek ini.