REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Keberadaan terumbu karang di perairan Indonesia terancam punah. Pasalnya hanya 5,58 persen saja yang masih dalam kondisi sangat baik.
Dari 1.076 stasiun pengamatan oleh Pusat Penelitian Oseanografi LIPI menunjukkan sisanya yakni 26,95 persen dalam kondisi baik, 36,9 persen kondisi cukup dan 30,76 berkondisi kurang baik.
"Kondisi ini sangat mengkhawatirkan dan perlu solusi tepat," ujar Kepala Pusat Penelitian (P2) Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Zainal Arifin, saat Workshop CRITC Pasca Coremap II di Hotel Bintang Griyawisata, Cikini, Jakarta, Kamis (1/11).
Zainal menyebut rusaknya terumbu karang lantaran para nelayan masih menggunakan teknik-teknik penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. "Misalnya bom, racun, kelong, gillnnet, bubu dan lampara dasar," katanya. Akibatnya kerusakan terumbu karang yang meningkat tiap tahunnya tidak dapat dihindari.
Selain itu, kualitas air yang buruk juga mengakibatkan terumbu karang sulit tumbuh. "Perubahan iklim juga berpengaruh pada tingkat keasaman air laut sehingga terumbu karang berkurang," ujarnya.
Efek gas rumah kaca pun secara tidak langsung mengakibatkan spesies yang hidup di sekitar terumbu karang dapat punah. Suhu air, salinitas, sangat mempengaruhi percepatan pertumbuhan terumbu karang. "Kualitas air bisa dipengaruhi oleh kekotoran air yang diakibatkan oleh sampah yang akhirnya terbawa ke laut," kata Zainal.