REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepolisian bersama pemerintah daerah, TNI dan pemuka agama saat ini terus melakukan upaya pemulihan rasa aman dan nyaman di tengah masyarakat Poso, Sulawesi Tengah.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigadir Jenderal Polisi Boy Rafli Amar, mengatakan sejumlah peristiwa, seperti ledakan bom dan pembunuhan polisi telah menyebabkan keresahan di masyarakat.
"Inilah tujuan dari orang yang melakukan teror, yakni ingin menyebarluaskan rasa takut ditengah-tengah masyarakat. Oleh karena itu, kami terus melakukan langkah-langkah upaya memulihkan kondisi keamanan di Poso bersama dengan unsur yang terkait," ujar Boy, Selasa (23/10).
Upaya penyelidikan, katanya, masih berjalan. Polisi belum dapat menyampaikan hal-hal rinci mengenai temuan terkait penyelidikan itu. Ia mengatakan, dukungan masyarakat sangat penting untuk bisa mengungkap fakta sebenarnya.
Polisi yakin ada interaksi dari kelompok yang diduga menebar teror dengan masyarakat. Ia mengatakan masyarakat bisa saja direkrut atau bahkan dihasut untuk menimbulkan konflik sosial di Poso.
Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Mabes Polri Komisaris Jenderal Polisi Sutarman juga mengatakan hal serupa. Saat dikonfirmasi apakah ledakan bom rakitan di sebuah pos lalu lintas, Senin (22/10) pagi, terkait dengan jaringan terorisme di Solo, ia mengatakan sedang dalam penyelidikan.
Dalam kaitannya dengan tewasnya anggota polisi di Poso, ia justru tidak ingin terburu menyatakan sebagai aksi teror. "Faktanya orang ini meninggal. Kita akan olah apakah ada kaitannya atau tidak," ujarnya. Atas serangkaian aksi yang menimbulkan keresahan di masyarakat itu, hingga kini polisi belum menetapkan tersangka.