REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Kehutanan (Kemenhut) akan meminta keterangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. mengenai kematian harimau Sumatera dalam perjalanan translokasi dari Aceh ke Surabaya yang menggunakan jasa penerbangan perusahaan tersebut.
"Sudah tiga kali Kemenhut mengalami hal serupa ketika menggunakan jasa PT. Garuda, padahal ketika menggunakan jasa penerbangan lain tidak ada masalah, oleh karena itu kami akan meminta keterangan dari pihak Garuda," kata Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kemenhut, Darori, kepada wartawan di Jakarta, Senin (22/10).
Darori beranggapan bahwa kematian hewan langka sebanyak tiga kali dengan menggunakan jasa transportasi yang sama mengindikasikan adanya kesalahan prosedural. Dua kematian hewan langka sebelumnya adalah translokasi seekor orangutan ke Tokyo, Jepang yang mati membeku dan pengiriman harimau dari Yogyakarta ke Padang, Sumatera Barat yang juga mengalami hal serupa.
Darori menyatakan tim investigasi dari Kementerian Kehutanan telah dibentuk dan telah turun ke Banda Aceh serta Medan pada 10-13 Oktober lalu untuk menyelidiki penyebab kematian harimau bernama Tengku Agam tersebut. "Saat ini tim belum dapat menyimpulkan penyebab kematian dan masih melanjutkan investigasi yang telah diperoleh," kata Darori.
Kronologi kematian Tengku Agam dimulai pada 26 November 2011 saat Balai Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Aceh menangkap harimau Sumatera (Panthera Tigris Sumatrae) yang pernah memakan manusia tersebut.
Balai KSDA kemudian memutuskan, harimau berusia delapan tahun itu harus dipindahkan ke Jawa Timur Park 2. Kemudian pada 2 Oktober lalu, Tengku Agam bersama satu ekor Siamang dan dua ekor Benturung ditranslokasi dari Banda Aceh dengan menggunakan pesawat Garuda GA 0143 menuju Jakarta dengan transit di Bandara Polonia Medan.
Tengku Agam pada saat translokasi didampingi oleh satu dokter hewan, satu penjaga (keeper), dan satu petugas Balai KSDA Aceh. "Namun saat transit di Medan, pihak Garuda secara sepihak tanpa memberitahu dokter hewan yang mendampingi, memutuskan untuk mengembalikan Tengku Agam ke Banda Aceh dengan menggunakan pesawat Garuda GA 0146," kata Darori.
Saat sampai di Bandara Sultan Iskandar Muda, Tengku Agam dinyatakan mati dan satwa lain dalam keadaan hidup dan sehat. Dari hasil pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa bagian rahang, mata kanan, dan lidah Tengku Agam mengalami pendarahan. Sementara siku kaki kanan depan terlihat bengkak dan mengalami cerai sendi.