REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Ketimbang ribet dengan hasil survei yang tak jelas metode dan keakuratannya, Partai Persatuan Pembangunan (PPP) lebih suka mematangkan strategi kemenangan di 2014. "Kami punya empat strategi kemenangan," kata Sekretaris Jendral Partai Persatuan Pembangunan (PPP), M Rommahurmuziy kepada Republika, Minggu (21/10), di Senayan Jakarta.
Rommahurmuziy yang akrab disapa Rommy menyatakan startegi utama yang dilakukan PPP guna mendongkrak perolehan suara 2014 adalah dengan kembali mendekati basis pemilih PPP. "PPP tak punya pilihan selain kembali pada basis pemilih pesantren," ujarnya.
Rommy menerangkan, pemilih Indonesia terbagi pada empat segmen orientasi; ideologis, nasionalis, pragmatis, dan swing votter. Khusus segmen terakhir, Rommy menyatakan jumlah mereka terus bertambah di setiap Pemilu. "Pilihan para swing votter ke partai politik lebih karena isu," katanya.
Strategi kedua PPP, meningkatkan pengkaderan. Rommy menyatakan, PPP tidak seperti partai-partai besar dengan kekuatan modal besar yang lebih mengandalkan iklan di media massa untuk menjaring suara. PPP percaya politik instant melalui iklan tidak akan berdampak banyak. Ini karena iklan tidak bisa menciptakan ideologi yang mengakar ideologi pada seseorang. "Iklan menghasilkan kader yang rapuh. Kekuatan PPP ada di pengkaderan," ujarnya.
Strategi ketiga PPP adalah membangun agenda bersama di kalangan partai Islam. Sejauh ini menurut Rommy silaturahmi sudah coba dilakukan antarpartai Islam. Prinsipnya kebanyakan partai Islam sadar mereka akan lebih diperhitungkan bila bersatu. Namun begitu, Rommy menyatakan melebur (fusi) partai Islam menjadi satu belum memungkinkan.
"Karena akan menjadi dampak negatif lantaranpartai Islam memiliki segmen sendiri-sendiri, kalau bersatu malah akan mengaburkan pemilih," katanya.
Rommy menyatakan PPP belum melangkah pada strategi-strategi yang bersifat 'karitatif' seperti bagi-bagi Sembako, bazar, dan sebagainya. Strategi semacam itu dinilai PPP tidak akan efektif. Ini lantaran memori orang Indonesia cenderung pendek. Memori orang Indonesia lebih panjang pada hal ideologis seperti statemen pada isu-isu yang berkaitan dengan umat Islam.