REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Kasus trafficking dan pekerja seks komersial anak di bawah umur di kota Surabaya semakin memprihatinkan. Namun dari operasi yang dilakukan Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya ditemukan, 64 persen PSK tersebut berasal dari luar kota Surabaya.
Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) kota Surabaya, Antik Sugiharti, mengaku prihatin melihat kondisi tersebut.
Antik mengatakan, berbagai tindakan antisipatif telah dan terus dilakukan. Setiap bulannya, bimbingan seperti turun ke sekolah-sekolah dan ke siswa-siswa yang memiliki berpotensi menjadi korban trafficking.
"Kita sudah roadshow ke sekolah-sekolah melakukan sosialisasi," ungkapnya kepada Republika, Kamis (18/10).
Kehidupan remaja kota besar saat ini, diakuinya, semakin memudahkan alur trafficking itu terjadi. Dari beberapa temuan, mereka menyatakan tergiur setelah mendengar cerita temannya yang lebih dulu menjadi PSK.
Untuk mengawasi adanya remaja korban trafficking dan PSK dari luar Surabaya, Pemkot terus mengaktifkan razia malam di beberapa tempat membolos, lokasi menjajakan seks dan hiburan malam.
Dari beberapa hasil operasi malam inilah terungkap, bahwa hampir sebagian besar mereka yang 'bergerilya' adalah remaja dibawah umur dan bukan berasal dari kota Surabaya.
"Cukup banyak sekali anak-anak dibawah umur yang berada bukan ditempat dan waktu selayaknya, bahkan temuan kita pernah menemukan mereka sedang berhubungan malam di taman kota," ungkapnya.