Rabu 17 Oct 2012 12:41 WIB

Ini Dia Transkrip Wawancara M Nuh Soal SAS

Rep: Bilal Ramadhan/ Red: Hafidz Muftisany
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M Nuh.
Foto: Republika
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, M Nuh.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Berita di Republika Online pada Kamis (11/10) lalu mengenai tanggapan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhammad Nuh terhadap korban pemerkosaan di Depok, SAS, dengan judul 'M Nuh: Kadang-kadang Sama-sama Senang, Ngakunya Diperkosa' cukup menyita banyak perhatian publik.

Untuk memperjelas permasalahannya, Republika akan menyertakan transkrip wawancara dengan M Nuh usai acara jumpa pers Kemendikbud mengenai penjelasan penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) di Ruang DSS, Gedung A lantai 2 Kemendikbud, Kamis (11/10).

Berikut transkrip wawancara antara Republika dengan Mendikbud, M Nuh:

Republika: Pak Nuh, minta tanggapan, untuk korban pemerkosaan di Depok kan akan dikeluarkan dari sekolahnya?

Mendikbud: Masa' ndak ah.

Republika: Tapi korban trauma dan tidak mau masuk sekolah lagi?

Mendikbud: Saya akan cek, terus terang belum tahu persis, karena belum ketemu dengan putrinya. Jadi gini lho ya, sekolah itu hak dari setiap anak. Oleh karena itu, sekolah harus tetap memberikan layanan kepada sang anak. Tetapi ya, ada tetapinya, pada kondisi-kondisi tertentu, bisa jadi misalkan karena kenakalannya maka sekolah bisa mengembalikan sang anak kepada org tuanya. Tetapi itu pun juga tidak menyelesaikan persoalan karena mereka harus sekolah juga, harus ada sekolah yang mau menampung, sehingga harus dicarikan jalan keluarnya. Jadi tidak sekedar langsung di-drop out, mau sekolah dimana. Sehingga harus dicarikan jalan keluarnya. untuk hal yang sangat khusus seperti yang anda sampaikan itu yang pertama sekolah, kecuali kalau itu sengaja lho ya. Sengaja gak dia?

Republika: Sengaja apanya? korbannya? tidak sengaja, mereka ketemuan setelah kenal di facebook dan dia diperkosa.

Mendikbud: Soalnya ada yang sengaja.

Republika: Maksudnya sengaja diperkosa pak?

Mendikbud: Soalnya kadang-kadang ada yang sengaja sama-sama senang ngakunya diperkosa. harus dibuktikan.

Republika: Dibuktikan dari korbannya pak?

Mendikbud: Iya, kok tahu (tidak sengaja), tanya sama yang mengorbankan (pelaku pemerkosaan). Jadi kadang-kadang, itu yang susah tuh. Tapi kalau memang jadi korban, kita harus lindungi, kita pulihkan traumatiknya, hak-haknya pun juga kita siapkan. Kasihan dia, tidak boleh. Sudah kena musibah, terus sekolahnya juga tidak selesai, harus kita lindungi mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement