Rabu 17 Oct 2012 14:49 WIB

Wartawan Bengkulu Aksi Jalan Mundur

Seorang jurnalis dicekik oleh oknum TNI saat meliput jatuhnya pesawat Hawk.
Seorang jurnalis dicekik oleh oknum TNI saat meliput jatuhnya pesawat Hawk.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGKULU -- Hari ini, Rabu (17/10) wartawan di Indonesia serempak menggelar aksi mengecam tindak kekerasan yang dilakukan oknum TNI AU terhadap wartawan yang sedang melakukan tugas peliputan jatuhnya pesawat Jet hawk 200 di Riau, Rabu (16/10) kemarin.

Di Bengkulu, puluhan wartawan media cetak dan elektronik menggelar aksi jalan mundur, dan mulut tertutup lakban di depan Makorem 041 Garuda Emas. Aksi yang mendapat penjagaan ketat

Unjuk rasa yang menarik perhatian sejumlah pengguna jalan itu mendapat penjagaan dari Kepolisian Resor Bengkulu.

Koordinator aksi, Safran Ansori yang juga wartawan Metro TV mengatakan, aksi jalan mundur dengan mulut tertutup itu sebagai simbol mundurnya demokrasi di Indonesia.

"Ini kemunduran bagi demokrasi kita, tugas wartawan yang dilindungi Undang-undang telah dilecehkan aparat negara," katanya.

Ia mengatakan tindakan tersebut tidak cukup dengan permintaan maaf kepada para jurnalis korban kekerasan, tapi harus dituntaskan secara hukum. Setelah menggelar aksi diam di depan Makorem 041 Gamas, para wartawan bergerak ke gedung DPRD Provinsi Bengkulu.

Sekretaris PWI Bengkulu, Deva P Musriadi dalam orasinya di depan kantor DPRD Provinsi Bengkulu mengatakan, segenap insan pers Bengkulu mengutuk keras aksi kekerasan oleh perwira TNI AU.

Ia meminta lembaga DPRD Provinsi Bengkulu membuat surat pernyataan yang akan diteruskan ke Mabes TNI.

Sejumlah anggota DPRD Provinsi Bengkulu menemui wartawan dan menyatakan keprihatinan atas kekerasan yang menimpa wartawan di Riau.

"Kami sangat prihatin dan mengecam keras tindakan tersebut, dan meminta Panglima TNI untuk mencopot perwira yang menganiaya wartawan," katanya.

Aksi para jurnalis itu berlangsung tertib. Setelah menyampaikan aspirasinya, para wartawan membubarkan diri dengan tertib.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement