REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhammad Nuh, menyampaikan permohonan maaf secara resmi terkait dengan pernyataan yang dikeluarkannya di ROL pada Kamis (11/10) lalu.
Saat itu, M Nuh menyebut korban pemerkosaan kadang sama-sama senang tapi mengaku diperkosa.
Menurut pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Lodewijk F Paat, permohonan maaf yang disampaikan M Nuh tidak menyelesaikan masalah. Bahkan, Lodewijk menyebut M Nuh terkesan membela pihak SMP Budi Utomo, Depok, untuk mengeluarkan SA (14), korban pemerkosaan di Depok.
"Iya, sangat terkesan membela pihak sekolah daripada berpihak kepada korban pemerkosaannya," kata dosen yang kerap disapa Lody ini kepada ROL, Senin (15/10).
Lody menambahkan dalam permohonan maaf tersebut, M Nuh mengatakan di satu sisi pendidikan merupakan hak asasi setiap anak. Namun di sisi lain, M Nuh mengatakan sekolah memiliki kewenangan untuk mengembalikan siswanya jika melakukan kesalahan dan kenakalan.
Lody menganggap pernyataan M Nuh itu sangat membingungkan. Pendapatnya tersebut tidak mencerminkan kapasitasnya sebagai Mendikbud yang seharusnya melindungi korban pemerkosaan dan menjamin haknya untuk bersekolah.
"Mungkin lain halnya kalau membunuh seperti yang terjadi di SMAN 70 Jakarta, tapi ini kan dia jelas-jelas menjadi korban pemerkosaan. Apa pun alasannya, dia (SA) harus dibantu, Mendikbud sebagai perwakilan negara juga harus menjamin pendidikannya," tegas Lody.