Ahad 30 Sep 2012 11:02 WIB

Orasi Ilmiah, Ical Soroti Tawuran Pelajar

Rep: Ditto Pappilanda/ Red: Djibril Muhammad
Aburizal Bakrie
Foto: Antara/Rosa Panggabean
Aburizal Bakrie

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perseteruan anak didik dari dua sekolah, SMA 6 dan SMA 70 Jakarta tak luput dar perhatian Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie. Dalam orasi ilmiah yang disampaikannya dihadapan wisudawan Universitas Nasional (Unas), Ical, sapaan akrabnya, menyebut bila tradisi tawuran kedua sekolah tersebut terus terjadi, bahkan menular ke tempat lain, akan menjadi penghambat lembaga pendidikan dalam mencetak kader bangsa berkualitas.

"Kalau sekolah yang bertetangga saja sulit berdamai, bagaimana kita bisa hidup dalam bangsa yang berbhineka tunggal ika?" ujar Ical kepada 712 wisudawan dan wisudawati Unas di Plenary Hall, Balai Sidang Jakarta, Ahad (30/9). Ical menyampaikan ini dalam orasi ilmiahnya yang berjudul 'Penguatan Karakter Bangsa dan Visi Indonesia dalam Menghadapi Tantangan Globalisasi.'

Ical memperhatikan, selain tawuran pelajar kedua sekolah favorit di Jakarta Selatan yang menelan satu korban jiwa dari pihak SMA 6, tragedi serupa juga menimpa dua sekolah di wilayah Manggarai. Dan peristiwa terakhir yang juga menewaskan satu peserta didik itu terjadi selang sehari setelah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan kekerasan yang melibatkan siswa sekolah harus dihentikan.

"Perkelahian pelajar yang klasik telah merambah ke berbagai kota. Kita harus mau mawas diri, mengingat perkelahian ini disebabkan banyak faktor yang tidak berdiri sendiri," kata Ical.

Tokoh yang menyatakan siap maju pada Pemilihan Presiden 2014 mendatang ini pun mengajak pemerintah dan praktisi pendidikan mengkaji ulang tujuan penyelenggaraan pendidikan saat ini. "Selain mencetak lulusan akademik berprestasi, pendidikan juga harus memperkuat kepribadian dan insan terdidik yang berbudi pekerti luhur," ujarnya.

Peran orang tua murid, lanjut Ical, juga harus mampu menangkal ekses negatif dari perkembangan dunia yang semakin mengglobal. Dan untuk melakukan peran yang serupa, pemerintah dituntut mewujudkan pembangunan karakter bangsa.

"Manakala kualitas akademik tidak kita tradisikan, kita akan selalu kalah dengan bangsa lain. Tapi sebaliknya, kita akan mampu berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa maju lainnya," tegas Ical.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement