Selasa 25 Sep 2012 23:55 WIB

Jepang Beri Pelatihan Pengelolaan Sampah di Surabaya

Seorang petugas kebersihan membersihkan sampah yang menumpuk di pinggir jalan (ilustrasi).
Foto: Republika/Prayogi
Seorang petugas kebersihan membersihkan sampah yang menumpuk di pinggir jalan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,SURABAYA -- Tim dari Perusahaan Beetle di Kitayushu, Jepang, memberikan pelatihan pengelolaan sampah bagi para pemulung di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) Sutorejo Kota Surabaya, Selasa.

Senior Managing Director Beetle, Yasuhiro Nishihara mengatakan, tujuan kedatangannya ke Surabaya selain melakukan studi tentang sampah di Surabaya, juga memberikan pelatihan kepada para pemulung.

"Kami memberikan pelatihan cara memilah sampah basah dan sampah kering. Dengan pemilahan sampah itu, selain bisa didaur ulang, hal tersebut juga bisa mempanjang usia Tempat Pembuangan Akhir (TPA)," katanya.

Menurut dia, pemilahan sampah tersebut tidak membutuhkan banyak biaya, melainkan bisa dilakukan secara bersama-sama. Ia menyebut sampah di Surabaya memiliki karateristik yang sama dengan di Kitayushu. Bahkan dari sisi volume sampah per hari yang dihasilkan baik dari limbah rumah tangga atau industri, sampah di Kitayushu lebih banyak.

Di Surabaya, volume sampah yang masuk ke TPA Benowo mencapai 1.200 ton per hari, sedangkan di Kitayushu sekitar 1.300 ton per hari. Padahal jumlah penduduk di sana, hanya 1/3 dari jumlah penduduk di Surabaya. Meski demikian, pengelolaan sampah di Kitayushu cukup berhasil sebab pemerintah setempat sudah membuat aturan soal sampah.

"Di Kitayushu ada aturannya, yakni pemilahan sampah harus sudah dilakukan sejak rumah tangga," terang Yasuhiro.

Yasuhiro mengatakan keterlibatan swasta juga sangat berperan. Swasta diberikan peluang ikut mengelola sampah. Padahal swasta tidak dibayar oleh pemerintah. Untuk mengorganisir pengelolaan, sampah industri dikelola oleh swasta. "Kalau sampah rumah tangga yang mengelola pemerintah," tambahnya.

Naoki Motoshima dari Departemen Lingkungan Hidup pemerintahan Kitayushu menambahkan setelah dipilah, sampah yang tidak bisa didaur ulang akan dibakar menggunakan incinerator. "Hasil pembakaran digunakan untuk menguruk laut," kata Naoki.

Tentang TPA Benowo, lanjut dia, pihaknya berpendapat pengelolaan sampah harus dilakukan dengan langkah tepat. Jika tidak, TPA akan penuh.

"Jika sudah dipilah-pilah, maka TPA Benowo bisa berumur panjang. Sehingga sampah yang dibuang ke TPA adalah sisa yang sudah tidak bisa dimanfaatkan," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement