REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Populasi harimau sumatra di Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat wilayah III Sumatera Barat tinggal sekitar 150 ekor yang terdiri atas jantan dan betina.
Kepala Seksi Pengelolaan TNKS Wilayah III Pesisir Selatan Kamaruzzaman di Painan, Kamis, mengatakan angka itu sesuai dengan hasil survei yang dilakukan tim pengelola TNKS beberapa waktu lalu.
Selain menemukan jejak, pihak TNKS juga mengidentifikasi dengan memasang beberapa kamera trap otomatis di titik-titik jalan yang sering dilalui harimau itu.
Tidak saja terhadap harimau sumatra, namun terhadap satwa liar lainnya yang dilindungi, pihak TNKS melakukan koordinasi dengan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat dalam menjaga keberadaannya.
Satwa liar lainnya yang dilindungi seperti rusa, beruang, tapir, gajah dan sebagainya. Khusus gajah hingga kini belum teridentifikasi keberadaannya di hutan Pesisir Selatan.
Upaya yang telah dan terus dilakukan pihak TNKS dalam menjaga populasi satwa liar tersebut di wilayahnya seperti dengan melakukan sosialisasi terhadap pentingnya menjaga hutan dan satwa liar di dalamnya kepada masyarakat pada semua lapisan, mulai kabupaten hingga kampung.
Saat ini keberadaan harimau sumatra di kawasan TNKS sedikit terganggu akibat rusaknya hutan lingkungannya sehingga menyebabkan konflik antara harimau dengan manusia.
Konflik itu seperti keluarnya harimau sumatra dari hutan untuk mencari makan ke kampung. Seperti yang terjadi selama ini di kabupaten itu, harimau sumatra memakan ternak.
Akibat kerusakan hutan, selain mengancam perkembangbiakan satwa liar tersebut, juga mengancam penduduk yang tinggal di sekitarnya.
"Konflik tersebut muncul akibat berkurangnya hutan tempat harimau untuk menguasai wilayahnya. Ini disebabkan ulah manusia yang merusak hutan," katanya.