REPUBLIKA.CO.ID, KUPANG - Ratusan warga Kelurahan Naimata, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) terpaksa mengonsumsi air yang diambil dari sumur yang telah tercemar dengan kotoran ranting-daun.
"Kondisi itu mulai terjadi sejak tiga pekan ini sejak memasuki awal musim kemarau yang telah menyebabkan banyak sumber mata air kering," kata salah seorang warga kelurahan setempat, Redem Lakat (21), di Kupang, Rabu.
Sejak memasuki musim kemarau pada akhir Agustus lalu, persediaan air warga mulai menipis. Hal ini disebebkan karena sejumlah sumber mata air warga seperti sumur mulai menunjukkan penurunan debit yang signifikan.
Hal itu juga terjadi pada sejumlah sumber mata air permukaan yang sudah tidak lagi mengalir sebagai tanda bahwa debit air di sumber hulunya pun mulai menipis. Sehingga, tidak lagi sanggup mengalir ke hilir.
Dia menjelaskan krisis air bersih muncul setelah sejumlah sumur air minum milik warga setempat mengalami kering total. Beberapa sumur masih tersedia air, namun mengalami penyusutan debit.
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, warga kemudian mengambil air ke Sumur Oesaeketu di kawasan hutan jati. Lokasinya sekitar dua kilometer di bagian timur permukiman warga.
Radem mengatakan air yang diambil dari sumur di kawasan hutan tersebut mengeluarkan bau. Itu karena kemungkinan air sudah tercemar dengan sejumlah kotoran seperti ranting dan daun kayu.
"Mungkin lama tidak dimanfaatkan sehingga banyak daun dan ranting jatuh ke dalam sumur. Akibatnya, air menjadi bau," katanya.