REPUBLIKA.CO.ID, TERNATE -- Gunung Gamalama di Kota Ternate, Maluku Utara, meletus pada Ahad (16/9) siang. Hujan abu pun menimpa Kota Ternate. Ahad siang, pukul 14.30 WIT, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Ternate menaikkan status Gamalama dari waspada level II menjadi siaga level III.
Dari pusat kota, hanya terlihat abu membumbung tinggi. Tak terdengar suara letusan menggelegar. Angin bertiup cukup kencang ketika cendawan debu dan asap besar menggantung di atas Gunung Gamalama. Tak lama kemudian, debu luruh ke Kota Ternate, membuat pemandangan seperti sedang diselimuti mendung.
Kondisi tersebut ditanggapi beragam oleh warga Kota Ternate. Ada yang berlarian panik, ada pula yang bersikap biasa-biasa saja. "Tarada. Ini bukan meletus. Ini so biasa di Ternate," kata Udin (50 tahun), sopir yang mengantarkan sejumlah wartawan yang baru beberapa jam tiba di Ternate, usai meliput acara Sail Morotai 2012.
Tapi debu yang luruh semakin banyak, membuat warga sekitar berlarian. Pintu-pintu dan jendela rumah buru-buru ditutup, sebagian besar warga memilih masuk ke dalam rumah, begitu pun dengan tamu-tamu hotel yang memilih menonton luruhan debu dari dalam hotel.
Sebagian warga terlihat tetap berjalan, namun sambil mengenakan masker. Pengendara sepeda motor pun berseliweran sambil mengenakan masker. Menurut penjelasan BPBD, erupsi terjadi dua kali, yaitu pukul 13.22 WIT dan 14.15 WIT.
Karena angin bertiup kencang, sekitar pukul 16.00 WIT, awan debu cepat terhalau, dan sinar matahari kembali terang. Namun debu terlihat di mana-mana. Pantauan dari lantai enam Hotel Corner Palace, 100 meter dari kantor Wali Kota, atap rumah berwarna abu-abu kecoklatan.
Selain membuat mata pedih, debu yang mengguyur juga membuat jalanan menjadi licin. Akibat hujan debu, sebagian toko memilih tutup. Sejumlah toko yang tetap buka, biasanya karena memiliki pintu dan dinding kaca selain rolling door, sehingga terlindung dari sergapan debu, seperti toko Arci di seberang gerbang Pelabuhan Ahmad Yani.