REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA - Kirani dan Kirana merupakan bayi kembar siam dempet jantung (Thoracicimphalophagus Conjoined Twin yang lahir 28 Desember 2011 tidak akan dipisahkan. Sampai saat ini bayi tersebut masih dirawat di RSUP Dr Sardjito dan dalam kondisi membaik.
''Persiapan proses pemisahan sudah maksimal, tetapi tidak bisa dipisahkan. Bahkan kami sudah melakukan second opinion ke para ahli di RS Jantung Harapan Kita dan RSCM Jakarta dan hasilnya bayi kembar siam ini tidak bisa dioperasi dan tidak ada tindak lanjut pemisahan,''kata Direktur Utama RSUP Dr Sardjito dr Muhammad Syafak Hanung, SpA dalam jumpa pers, di RSUP Dr Sardjito, Kamis (13/9).
Menurut Konsultan Jantung Anak dr Sasmito Nugroho, SpA (K), ada tiga hal yang menjadi alasan bayi kembar siam ini tidak bisa dipisahkan yakni: Pertama, satu serambi untuk satu orang darah kotor dan bersih.
Kedua,biliknya menggabung satu dan ada tiga lubang besar, tidak bisa menambal, karena fungsinya untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Ketiga, Pembuluh darah ke paru-paru yang satu buntu dan satunya sempit.
''Intern di dalam RSUP Dr Sardjito memutuskan bahwa bayi kembar siam ini tidak bisa dilakukan koreksi. Sehingga harus dilakukan second opinion, dan ketika kami kirimkan hasil pemeriksaan ke RS Jantung Harapan Kita Jakarta dan RSCM Jakarta, para ahli di sana juga menyatakan tidak mungkin dipisahkan,''jelas dia.
Konsultan Intensive Anak dr Nurnaningsih, SpA(K) mengatakan saat ini keadaan Kirani dan Kirana stabil, sudah bisa diajak berkomunikasi, bersalaman, bercanda, tersenyum.''Bayi ini aktif sehingga diperlukan pengawasan, karena mereka sudah bisa saling memegang, senang memasukkan jari ke mulut sehingga semuanya harus serba bersih,
Secara prinsip kedua anak ini tidak memerlukan perawatan medis intensif dan sudah bisa dirawat di rumah. Tetapi karena orangtua harus berlatih merawat, maka akan dipindah ke bangsal anak Melati supaya orangtua bisa berlatih dulu bagaimana cara merawat, memandikan bayi, dan lain-lain, ungkap dia.
Menurut Syafak, biaya untuk perawatan sampai hari Kamis (13/9) sebesar Rp 183.433.581. Namun sekitar Rp 164 juta ditanggung Askes dan sekitar Rp 18,5 juta ditanggung keluarga.
Menurut Ketua Tim Medis yang menangani bayi kembar siam Kirani dan Kirana dr Setya Wandito, SpA (K), bayi tersebut anak kedua dari pasangan Wisnu dan Yetty Ratna dari Banteng Mati, Karang Pandak Grobogan Jawa Tengah.
Setelah diketahui janin kembar siam dempet di bagian perut, kelahirannya dilakukan secara caecar. Saat lahir, kondisi pada saat lahir lemah, ada gangguan nafas, gerak kecil, berat kedua 3968 gram dan termasuk BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah). Tindakan pertama stabilisasi, pemeriksaan penunjang dirontgen, Echo Cardiografi, USG perut, pemeriksaan darah dan diketahui jantungnya dempet.