Rabu 12 Sep 2012 03:07 WIB

Tantang AirAsia, Inilah Aksi Lion Air di Malaysia

Beberapa pesawat milik maskapai penerbangan Lion Air parkir di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Beberapa pesawat milik maskapai penerbangan Lion Air parkir di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten.

REPUBLIKA.CO.ID, KUALA LUMPUR---PT Lion Mentari Airlines, Indonesia, mengumumkan, pihaknya akan meluncurkan maskapai penerbangan bertarif murah baru bersama perusahaan Malaysia NADI, yang akan menantang maskapai bertarif murah Malaysia, AirAsia.

Maskapai baru Malindo Airways akan memulai penerbangan regional pada Mei tahun depan dengan armada penerbangan 12 pesawat Boeing 737, kata maskapai penerbangan swasta terbesar di Indonesia, yang beroperasi sebagai Lion Air, dan National Aerospace and Defense Industries (NADI) Malaysia.

Presiden Direktur Lion Air Rusdi Kirana mengatakan, perusahaan sedang menghitung peningkatan perjalanan di wilayah Asia Pasifik yang diperkirakan memiliki 2,2 miliar penumpang pada 2030 dan membutuhkan 11.450 pesawat baru untuk memenuhi permintaan.

NADI, yang mengkhususkan diri dalam jasa pemeliharaan, perbaikan dan overhaul, akan memiliki 51 persen saham dari perusahaan patungan. Lion Air akan memasok armada, berbasis di Bandara Internasional Kuala Lumpur.

"Kami memberikan harga yang terjangkau tetapi dengan layanan yang lebih baik" daripada maskapai penerbangan murah yang lain, seperti hiburan dalam penerbangan, kata Kirana kepada wartawan sebelum upacara penandatanganan perusahaan patungan.

Maskapai ini berencana untuk awalnya terbang ke tujuan di seluruh Indonesia, serta ke Manila, Hanoi dan kota-kota di Australia dan China.

Selama dekade berikutnya berharap untuk memperluas armadanya menjadi 100 pesawat, termasuk lima andalannya 787 Dreamliner yang akan tiba pada 2015, ketika Malindo berencana untuk terbang ke Eropa.

Lion Air yang tumbuh pesat pada awal tahun ini menutup rekor transaksi 22,4 miliar dolar AS untuk 230 pesawat jet Boeing. Pesawat pertama akan dikirimkan pada 2017, dan pengiriman akan berjalan sampai 2026.

Pihaknya juga memesan 27 pesawat yang lebih kecil dari produsen ATR Eropa.

Pesawat turboprop baru ATR 72-600, senilai 610 juta dolar AS, dijadwalkan tiba pada akhir 2015 dan akan menjadikannya grup itu operator terbesar pesawat ATR di dunia, dengan total armada 60 pesawat.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement