REPUBLIKA.CO.ID, Bukit dan ladang berwarna cokelat dan kuning terbentang di sekeliling Cagar Alam Pine Ridge sejauh beberapa kilometer ke segala arah. Pemandangan tersebut tidak hijau, karena seperti halnya sebagian besar Amerika, South Dakota sedang mengalami kekeringan. Banyak kawasan pedesaan sedang mempertimbangkan dan sudah mulai menerapkan pembatasan air. Tetapi, ada satu keluarga kembali ke masa lalu untuk mencari cara baru mendapat akses air.
Minggu siang yang indah di Peternakan White Plum di sebelah utara desa cagar alam Manderson, kuda-kuda merumput di padang luas, sementara dua anjing berkeliaran di ladang itu mengendus makanan.
Beberapa pemuda Lakota sedang bekerja di rumah Alex dan Deb White Plume, membantu Jack dan Jon Rose memasang talang pada atap.
Jon Rose, pendiri Waves for Water, menuturkan, “Waves for Water adalah organisasi nirlaba yang menyediakan akses air minum untuk tempat-tempat di seluruh dunia yang membutuhkan. Kami mempunyai program aktif di 13 negara di Indonesia, Brazil, Afghanistan, Pakistan, Nikaragua, India.”
Mantan peselancar profesional itu melakukan perjalanan keliling dunia selama 13 tahun dan menyaksikan perlunya air minum di banyak negara. Ia mendirikan Waves for Water pada tahun 2009.
Perusahaannya sedang berada di rumah keluarga White Plum untuk memasang sistem penampung air hujan yang memungkinkan keluarga menyimpan air minum. Banyak sumur di Cagar Alam Pine Ridge selama bertahun-tahun tercemar oleh tambang uranium di kawasan itu.
“Kami meneliti pencemaran uraniumnya dan kami memang memasang penyaring di banyak tempat di dunia. Tetapi, penyaring yang kami gunakan adalah untuk mengatasi pencemaran biologis, itu tidak akan menyingkirkan uranium. Tetapi, kami juga memasang sistem penampung air di Afrika, sekolah-sekolah di Afrika. Ayah saya pakar penampung air hujan. Jadi saya memberitahu Deb dan Alex bahwa air sumur mereka jelek. Lupakan saja air sumur dan mari menampung air hujan,” paparnya lagi.
Jack Rose pakar penampung air hujan mengatakan sistem itu mudah dipasang, dirawat dan dioperasikan. Yang dibutuhkan adalah atap talang air hujan, tiang, dan pipa yang menyalurkan air dari talang melewati penyaring ke bak penampungan air bersih.
Jack menambahkan, sistem itu bukan hanya menyediakan air bersih untuk kawasan seperti White Plumes, tetapi juga menyediakan air untuk kawasan-kawasan yang mengalami kekekringan, bahkan dalam musim kemarau seperti sekarang ini, kata Jack, ada cukup curah hujan bagi persediaan air minum satu rumah.
Mengingat hanya dibutuhkan 2,5 sentimeter curah hujan untuk menyediakan 2.000 liter air bersih ke dalam tangki penampung air barunya, Deb White Plume mengatakan sestim itu mudah dipasang.
“Saya rasa air disia-siakan, dibuang-buang, dicemari dan di Amerika, menurut saya, seharusnya dijadikan suatu kejahatan ketika seperempat air minum yang masuk ke rumah kita dibuang sewaktu menyiram toilet,” ujarnya.
Selagi cucu Deb White Plume, Brooklyn, menggunakan air untuk mencuci perabot makan, Deb White Plume mengatakan, air minum dari manapun sumbernya, tidak boleh dibuang percuma.