REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG – Ancaman kelaparan kini berada di depan mata Kabupaten Tangerang, Banteng. Pangkalnya adalah puso (gagal panen) karena kemarau yang panjang. Sekitar 2 ribu hektare sawah puso dari total luas sawah di Kabupaten Tangerang 30.471 hektare. Apabila tidak diberikan solusi, paceklik akan terjadi.
Ketua Pemuda Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI), Budi Marwantho, mengatakan, apabila kekeringan yang terjadi tidak diberikan solusi, maka paceklik akan segera terjadi. “Kalau kekeringan ini berlangsung terus menerus bencana kelaparan akan terjadi,” kata dia kepada Republika Kamis (6/9).
Penuturan Budi, kondisi paling parah terjadi di Cisoka, Solear, Balaraja, Jamba, dan beberapa daerah lainnya. Daerah-daerah tersebut sudah mengalami puso. Itu baru hasil pengamatan di wilayah barat. Para petani yang sempat bertemu Budi, berujar menyerahkan semuanya kepada Allah. Selain itu mereka melakukan pekerjaan lain agar dapur dapat tetap ngebul.
Memakai budaya masa lalu menurut Budi bisa menjadi solusi ke depannya agar ketersediaan pangan tetap terjamin. Solusi untuk sekarang, dia meminta pemerintah, segera membuat hujan buatan, dan mobilisasi pompanisasi.
Budi menuturkan satu hektar sawah dapat menghasilkan empat sampai lima ton gabah. Lalu empat sampai lima ton gabah biasanya 30 persennya menjadi beras. Apabila yang puso 2000 hektar sudah berapa ton beras yang lenyap.