Senin 03 Sep 2012 03:46 WIB

Status Waduk Jatiluhur Waspada

Rep: ita nina winarsih/ Red: Taufik Rachman
 Waduk Jatiluhur
Foto: antara
Waduk Jatiluhur

REPUBLIKA.CO.ID,PURWAKARTA -- Direktorat Jenderal Pendayagunaan Sumber Daya Air (PSDA) Kementerian Pekerja Umum (PU), Muhamad Hasan, memantau debit air Waduk Jatiluhur. Debit waduk terbesar di Jawa Barat itu, kian menyusut saat musim kemarau. Bahkan, saat ini status waduk tersebut menjadi waspada.

"Saat ini, ketinggian air hanya 96,5 meter," kata Hasan, kepada Republika. Beban Waduk Jatiluhur saat musim kemarau ini sangat besar. Bayangkan saja, ketika aliran air dari hulu Citarum kecil, waduk ini harus tetap menyuplai air ke hilir dengan jumlah yang besar. Aliran dari Citarum yang masuk ke Jatiluhur hanya 16 meter kubik per detik. Sedangkan, air yang digelontorkan sampai 160 meter kubik per detik.

Meski demikian, air Waduk Jatiluhur ini aman. Terutama, untuk irigasi dan air baku. Bahkan, bila sampai Desember mendatang tidak turun hujan, air waduk akan tetap tersedia. Bila awal September ini, ketinggian muka air Waduk Jatiluhur hanya 96,5 meter, diprediksi sampai Desember nanti menyusut hingga 90 meter. Itupun, bila tak ada hujan sama sekali.

Hasan menegaskan, pihaknya bekerja sama dengan PJT II Jatiluhur sebagai pengelola waduk, akan berupaya mempertahankan ketinggian air sampai titik 90 meter. Bila terus menyusut hingga di bawah 90 meter, upaya yang akan dilakukan yaitu dengan cara hujan buatan.

Sepertinya, hujan buatan ini bisa dilakukan antara Oktober sampai November. Itupun, bila awannya tersedia. Jika tidak ada awan, maka hujan buatan ini terancam gagal.

Selain hujan buatan, upaya lainnya dengan mengurangi suplai air yang keluar.

Berdasarkan laporan sampai pertengahan Agustus kemarin, 50 ribu hektare sawah di Jabar kekeringan. Dari 50 ribu hektare itu, 10 ribu hektare di antaranya mengalami puso. 50 ribu hektare itu, tersebar di sejumlah daerah yang tidak teraliri air dari waduk.

Seperti, Sukabumi, Indramayu, Cianjur, Ciamis, dan Sumedang. Dari 26 kabupaten/kota yang ada, Indramayu merupakan wilayah yang paling parah di landa kekeringannya. Kondisi ini, merupakan dampak negatif dari musim kemarau.

Sedangkan wilayah yang dialiri oleh Waduk Jatiluhur, kasus kekeringannya relatif rendah. Dari total area persawahan yang dialiri air Waduk Jatiluhur, 240 ribu hektare yang kekeringan hanya 1.300 hektare. Dari jumlah yang kekeringan itu, 600 hektare di antaranya mengalami puso.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement