REPUBLIKA.CO.ID, Anak berusia 10 tahun itu duduk di atas kursi roda. Dengan fasih, ia melafalkan doa usai Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PP dan PA), Linda Amalia Sari Gumelar pada saat perayaan Hari Anak Nasional (HAN) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) pada 29 Agustus 2012 lalu.
Ia terus melafadzkan doa-doa kepada Allah SWT agar negeri Indonesia diberikan tanah yang subur dan segala kemudahan lainnya. Ia juga berdoa agar anak-anak Indonesia mendapatkan pendidikan yang layak agar menjadi generasi bangsa selanjutnya. Namun karena perkembangan tangan yang tidak sempurna, ia tidak dapat menengadahkan tangannya pada saat memanjatkan doa itu.
Farid Hakim Baihaqi Marwa, itulah nama dai cilik itu. Hakim, begitu ia kerap disapa, merupakan anak berkebutuhan khusus atau difabel dengan perkembangan tangan dan kaki yang tidak sempurna. Sepasang kakinya terlalu kecil untuk menopang bobot tubuhnya. Jari-jarinya pun hanya tumbuh satu-dua.
Segala keterbatasannya itu tidak membuat Hakim memupuskan cita-citanya untuk menjadi seorang dai terkenal seperti idolanya Ustadz Solmed. “Saya ingin jadi ustadz sama dai seperti Ustadz Solmed,” ujar Hakim. Saat ini Hakim masih duduk di kelas 4 di SD Luar Biasa (SDLB) Pacitan, Jawa Timur. Nenek Hakim, Ismi, mulai mengajari Hakim mengaji sejak usia satu tahun.
Dalam acara yang diadakan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak ini, juga menghadirkan seorang anak tuna netra yang dapat menciptakan lagu. Anak ini juga dapat menyanyikan lagu-lagunya dengan suara yang merdu dan tak jarang membuat decak kagum dari orang-orang yang mendengarnya. Dia adalah Ema Dian Pratiwi (14 tahun).
Ema telah menciptakan sebanyak enam lagu, salah satunya yaitu lagu berjudul ‘Jangan Berkecil Hati’. Lagu tersebut ia ciptakan untuk ibunya yang kerap sedih memikirkan kekurangan Ema sejak lahir yang tidak dapat melihat.
Menteri PP dan PA, Linda Gumelar berencana untuk menjadikan dua anak berkebutuhan khusus ini sebagai ikon anak-anak Indonesia yang luar biasa. Linda menemukan Hakim dan Ema saat mencanangkan Kota Layak Anak (KLA) di Kabupaten Pacitan beberapa waktu lalu.
Ia pun mengajak dua anak ini untuk menghadiri puncak perayaan Hari Anak Nasional 2012 yang diundur pada 29 Agustus 2012 lalu di Taman Mini Indonesia Indah. “Ini membuktikan, jika diberikan pendampingan yang baik, anak-anak berkebutuhan khusus pun dapat memberikan prestasi,” tegasnya.