REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus penembakan dan teror terhadap anggota Polri di Solo, yang belum terungkap hingga kini juga meresahkan anggota kepolisian. Indonesia Police Watch (IPW) mengindikasikan teror pada aparat berlanjut jika kasus-kasus serupa belum tuntas ditangani.
"Jika kasus ini tidak segera terungkap dikhawatirkan akan muncul lagi teror baru terhadap aparat kepolisian. Jika polisi saja sudah diteror, bagaimana publik bisa percaya bahwa Polri mampu menjaga keamanan masyarakat," tutur Ketua Presidium IPW Neta S Pane, Jumat (31/8).
Dia hanya bisa menduga, penembakan dan pelemparan granat tersebut diduga melibatkan kelompok profesional yang tidak hanya berskala lokal. IPW berharap, kata dia, Polri bisa dengan cepat mengungkap kasus Solo agar keresahan masyarakat dan anggota Polri tidak memuncak.
Penanganan kasus yang berlarut hingga sepekan menimbulkan tanda tanya bagi publik. Padahal, penanganan kasusnya dipimpin langsung oleh Kapolda Jateng dan didukung seorang Brigjen dari Mabes Polri dengan melibatkan badan sidik Inafis, Puslabfor, Densus 88, dan Bareskrim.
"Bisa-bisa kasus teror terhadap polisi di Solo menunjukkan bahwa kepemimpinan Kapolresta Solo tidak pernah turun ke lapangan dan hanya tanda tangan blangko SIM/STNK dan BPKB," lanjutnya.
Dari pendataan IPW, masih banyak Kapolres seperti ini yang memimpin wilayah. Seharusnya, ujar Neta, kepemimpinan kepolisian seperti ini segera dievaluasi. "Sehingga para Kapolres punya kepedulian yang tinggi terhadap wilayah kerjanya," harap Neta.