Jumat 31 Aug 2012 10:48 WIB

Penyakit Blas Ancam Pertanian Jabar

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dewi Mardiani
Petani mencabut bibit padi yang siap ditanam di sawah.
Foto: Antara
Petani mencabut bibit padi yang siap ditanam di sawah.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Di musim kemarau, tanaman kerap diserang hama berupa organisme pengganggu tanaman (OPT) yang dinamai Blas. Untuk itu, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Jawa Barat meminta petani penyakit akibat serangan Blas ini. Menurut Kepala Seksi Informasi BPTPH Jawa Barat, Estu Kurniawan, penyakit Blas muncul akibat tingginya kelembaban udara.

"Penyakit Blas harus diwaspadai. Karena terik matahari yang panas membuat penguapan menjadi tinggi, sehingga kelembaban di bagian dalam sawah juga menjadi tinggi. Akibatnya, menimbulkan penyakit tersebut," ujar Estu, Jumat (31/8).

Dia menjelaskan, hama Blas sebenarnya menduduki peringat keempat dari sembilan OPT yang kerap menyerang areal pesawahan. Namun, penyakit ini termasuk agresif menyerang.

Dalam catatan BPTPH Jabar pada musim tanam 2009-2010, penyakit ini sukses menyerang 1.718 hektar lahan pesawahan. Jumlah tersebut  meningkat pada 2011 dengan luas areal yang diserang Blas sebanyak 2.208 hektar. ‘’Pada musim tanam 2012 hingga 15 Agustus, luas tanam yang terkena penyakit ini mencapai 3.649 hektar,” katanya.

Sementara pada musim tanam kali ini, sambung Estu, total serangan OPT mencapai 41.862 hektar lahan sawah. Dari jumlah tersebut, hama penggerek batang masih menjadi yang tertinggi, yakni menyerang lahan seluas 15.802 hektare. Berikutnya, disusul serangan tikus yang merusak 8.908 hektare lahan pertanian.

Angka tahun ini, kata dia, sebenarnya lebih rendah dibanding 2011 dan 2010. Pada 2010, penyerangan OPT mencapai 85.098 hektare, sedangkan 2011 mencapai 71.672 hektare.

Khusus penyakit Blas, ini adalah jenis yang sulit untuk diatasi. Oleh karena itu, petani harus pintar-pintar menjaga kelembaban areal atau memakai fungisida. “Petani juga perlu mempergunakan varietas unggul padi Gogo yang tahan terhadap kekeringan, seperti Inpago 4 dan 5,” imbuhnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement