Senin 27 Aug 2012 07:31 WIB

Persiapan Mudik Tahun Depan, Segera Benahi Pantura

Rep: Sefti Oktarianisa, Agus Rahardjo, M Iqbal, Aghia Khumaesi/ Red: M Irwan Ariefyanto
Pekerja sedang menyusun rambu lalu lintas di jalan raya jalur Pantura.
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pekerja sedang menyusun rambu lalu lintas di jalan raya jalur Pantura.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Jalur pantai utara (pantura) Jawa sudah tak lagi mampu menampung kendaraan. Kemacetan parah selama arus mudik dan balik menjadi pemandangan setiap tahun. Pantura juga menjadi langganan lokasi kecelakaan. Mabes Polri mencatat jumlah korban jiwa akibat kecelakaan mencapai 869 orang.

"Jalan yang ada tidak mampu menampung jumlah kendaraan yang banyak dalam waktu yang bersamaan," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Bambang S Ervan.

Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Wilayah IV Ditjen Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Masrianto mengungkapkan, peningkatan volume kendaraan yang mampu ditampung jalur pantura tidak sebanding dengan peningkatan jumlah kendaraan setiap tahunnya.

Salah satu penyebabnya, semakin banyak pemudik yang menggunakan kendaraan pribadi. Jumlah pemudik menggunakan sepeda motor juga meningkat pesat. Padahal, kata Masrianto, seharusnya jumlah kendaraan semakin turun dengan keberadaan angkutan massal.

Pelebaran jalur pantura berlangsung secara bertahap sejak bertahun-tahun lalu, namun prioritas pelebaran badan terdapat di jalur pantura dari Jakarta sampai Semarang, yakni empat lajur dalam satu jalan. Setelah Semarang, belum ada pelebaran badan jalan menjadi empat lajur lagi.

Kemenhub menyiapkan solusi penggunaan kereta api untuk mengurangi beban pantura. Salah satunya dengan penambahan gerbong kereta ekonomi secara bertahap untuk menjadi angkutan mudik. Ini terkait dengan upaya pemerintah menekan jumlah pemudik bersepeda motor.

Direktur Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) Kemenhub Sugihardjo mengungkapkan, pemerintah memang tidak dapat melarang masyarakat untuk menggunakan kendaraan pribadi dalam tradisi mudik. "Harus ada transportasi massal pengalih dulu yang bagus bagi pemudik," ujarnya.

Untuk mempercepat pengangkutan, jalur kereta api seharusnya dipotong-potong. Menurut Sugihardjo, kereta api jarak pendek harus lebih banyak karena bisa disambung dengan bus. Misalnya, kereta hanya sampai di Tegal, lalu putar balik ke Jakarta untuk mengangkut lagi. Di Tegal, sudah ada bus yang siap sesuai jurusan masing-masing.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement