REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -— Ketua Fraksi Partai Demokrat, Nurhayati Ali Assegaf menilai pernyataan mantan menteri hukum dan HAM, Yusril Ihza Mahendra yang menjuluki Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai presiden koruptor sudah keterlaluan. Ia pun meminta agar Yusril sebaiknya berkaca sebelum mengeluarkan komentar.
‘’Kenapa harus kita ciderai dengan mengumbar emosi yang akan meninggalkan luka mendalam bagi rakyat Indonesia yang telah memilih Pak SBY dua kali berturut-turut sebagai presidennya,’’ kata Nurhayati, Ahad (26/8).
Ia pun menyayangkan pernyataan Yusril tersebut. Terlebih, masyarakat tentunya sudah mengenal sosok Yusril yang pernah menjabat sebagai menteri di cabinet Indonesia Bersatu I yang dipimpin SBY. Tak hanya itu, kata dia, Yusril juga rekam jejaknya ada selama pemerintahan Soeharto dan sebagai pucuk pimpinan Partai Bulan Bintang yang berasaskan Islam serta sebagai pengacara professional.
Karenanya, ia meminta kepada semua jajaran fraksi partai pemenang pemilu di DPR agar tidak terpancing dengan pernyataan Yusril tersebut.
Sebelumnya, melalui akun jejaring sosial Twitter @Yusrilihza_Mhd, Yusril menyebut presiden yang senang memberi grasi pada koruptor adalah presiden koruptor. Pernyataan itu disampaikan Yusril sebagai reaksi dari pernyataan Wakil Menteri Hukum dan HAM, Denny Indrayana di Twitter mengenai advokat korup.
‘’Presiden kasih grasi ke koruptor presiden koruptor, mantap!’’ tulis Yusril, Sabtu (25/8) sekitar pukul 19:15 WIB. ‘’SBY kan ngasi grasi sama Syaukani. Jadi beliau berhak dong dijuluki Presiden Koruptor, hehehe,’’ tulis Yusril selanjutnya.
Dalam akunnya, Sabtu, (18/8), sekitar pukul 09.00 sampai 10.30 WIB Denny menyebut advokat yang membela koruptor adalah koruptor. Setidaknya ada empat tulisan @DennyIndrayana yang berisi pernyataan tersebut.