Kamis 16 Aug 2012 15:22 WIB

Kabut Asap Selimuti Riau

Kabut asap
Foto: Antara
Kabut asap

REPUBLIKA.CO.ID,PEKANBARU--Sebagian wilayah Riau termasuk Ibukota Pekanbaru hingga Kamis siang masih diselimuti kabut asap yang merupakan dampak dari kebakaran hutan atau lahan di sekitar wilayah itu.

"Mendung kali ini terjadi secara alami disebabkan adanya penumpukan awan di sebagian wilayah Riau khususnya bagian tengah dan barat. Ditambah lagi adanya kabut asap," kata analis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Pekanbaru, Aristya Ardhitama di Pekanbaru.

Mendung juga terpantau bercampur dengan kabut asap yang merupakan dampak dari kebakaran hutan atau lahan di Riau sehingga menimbulkan kegelapan yang lemayan merata.

Mendung kali ini, kata dia, juga berpotensi mendatangkan hujan namun tidak merata untuk sebagian wilayah Riau. "Sifatnya juga lokal," katanya.

Melihat dari data monitoring serta pemantauan satelit cuaca, demikian Ardhitama, mendung hanya akan terjadi untuk hari ini, mulai pagi hingga sore hari.

Namun tidak menutup kemungkinan, kata dia, kalau beberapa hari kedepan kondisi sama masih terus terjadi dan mendung masih menyelimuti sebagian wilayah Riau.

"Tergantung pergerakan arah angin juga. Kalau merata masih berputar-putar di udara sekitar Riau, maka mendung seperti ini masih akan terjadi besok," katanya.

Sejak Kamis pagi hingga siang hari, suhu udara di Ibukota Pekanbaru terasa cukup dingin dengan temperatur menurut BMKG yakni berkisar 30-31 derajat Celsius. "Kondisi tersebut jauh berada dibawah normal yang biasanya mencapai 33 derajat Celsius. Terlebih disiang hari seperti saat ini," katanya.

Ardhitama mengatakan, pihaknya juga memprakirakan kondisi cuaca di Riau dalam beberapa pekan terakhir masih cenderung panas atau terik.

"Kondisi demikian berpotensi berdampak pada kasus-kasus kebakaran hutan atau lahan di Riau. Kondisi tersebut kemudian yang menyulut bertambahnya ketebalan kabut asap hingga saat Lebaran Idul Fitri mendatang," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement