REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Penularan HIV/AIDS melalui jarum suntik obat-obatan terlarang atau narkoba sudah menurun. Pasalnya, saat ini di Surabaya, penularan terbanyak bagi penyakit yang menyerang kekebalan tubuh tersebut disebabkan karena perilaku seks bebas.
Menurut Wakil Wali Kota Surabaya, Bambang Dwi Hartono, perilaku seks bebas telah menyebabkan naiknya prosentase penularan HIV/AIDS. Sekarang, penularan HIV/AIDS 89 persen adalah seks bebas. "Terjadi pergeseran cara penularan, lima sampai enam tahun lalu didominasi penasun (penggunaan jatum suntik), kini hubungan seks menempati urutan pertama penularan HIV/AIDS," kata Bambang di forum penanggulangan HiV/AIDS, di Surabaya, Kamis (19/7).
Yang lebih memprihatinkan lagi, tambah Bambang, sebanyak 62,7 persen pengidap HIV/AIDS adalah usia produktif antara 20 sampai 39 tahun. Dampaknya, kata Bambang, yang juga ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Surabaya ini, produktivitas usia produktif jadi terganggu. Selain itu, ada efek sosial yang menghantui pengidap di lingkungan keluarga, dan masyarakat sekitarnya.
Untuk itu, KPA mangajak semua pihak mengambil peran aktif untuk menanggulangi penyakit menular itu. "Termasuk, aparat kepolisian, tokoh masyarakat, dan tokoh agama," tambah Bambang.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Surabaya, temuan kasus HIV/AIDS tahun 2011 sebanyak 811 kasus. Dari jumlah itu, 161 orang atau 20 persen pengidapnya adalah pekerja seks komersial (PSK). Dari catatan Dinkes Kota Surabaya, sejak 2007 hingga 2011, terjadi 5.576 kasus HIV/AIDS di kota ini. Sedangkan sampai triwulan pertama 2012, Dinkes mencatat 287 kasus HIV yang menyatakan seseorang positif mengidap AIDS.