Kamis 19 Jul 2012 14:52 WIB

Wuih, Ini Dia 'Pohon Duit' yang Bikin Tajir Petani (2)

Perkebunan karet
Foto:
Perkebunan karet

REPUBLIKA.CO.ID, BANJARMASIN---Iyus, kepala Desa Panggung DIKecamatan Paringin Selatan, Kabupaten Balangan Provinsi Kalimantan Selatan, sempat mengungkapkan, kegairahan berkebun karet membuat warga desanya tak sungkan lagi bertanya mengenai cara berkebun karet kepada para penyuluh pertanian, atau kepada mereka yang mengerti tentang karet.

Akibat dari usaha tersebut tak sedikit produksi karet setempat yang terus membaik karena ada satu varietas unggul yang mampu memproduksi lateks satu liter per pohon per hari.

"Bisa dibanyakkan, seandainya warga memiliki seratus pohon saja maka sudah mampu memproduksi seratus liter lateks, kalau dibekukan sudah menjadi puluhan kilogram karet jenis lum, kalau dijual karet lum dengan harga Rp 10 ribu saja per kilogramnya maka sudah berapa hasil yang diperoleh petani setiap hari," tuturnya.

Kegairahan petani tersebut telah terjadi sejak satu dasawarsa belakangan ini, hal itu mereka pun terus berkebun, apalagi harga kebun karet terus membumbung.

Satu hektare kebun karet dengan jumlah 350 pohon sekarang sudah senilai Rp100 juta, bahkan kalau bibit karet yang ditanam kualitasnya lebih baik lagi, artinya yang mampu memproduksi satu liter per pohon maka harganya akan lebih mahallagi.

Padahal menjadikan sebuah kebun dari persiapan lahan pembibitan hingga pohon bisa dipanen hanya menelan waktu empat tahun saja.

Oleh karena itu bila seorang petani memiliki kebun beberapa buah kalau hendak memiliki sebuah mobil, cukup dengan menjual satu kebun saja maka sudah bisa membeli mobil.

Apalagi sekarang banyak orang kaya di kota yang ingin berinvestasi ke kebun karet, sehingga bila ada yang ingin menjual kebun banyak yang ingin membelinya.

Oleh karena itu ada anggapan menanam sebatang pohon karet berarti sama dengan menanam sebatang "pohon duit."

Semakin mahal harga karet semakin menikmati hasil yang diperoleh petani karet, dan sebelumnya harga karet pernah menyentuh Rp16 ribu per kilogram di saat itu pula petani karet menikmati usaha mereka dengan cara terus menabung kemudian membeli berbagai keperluan seperti mobil, sepeda motor, prabola, televisi besar dan pakaian bagus, sebagai layaknya warga kota.

Menikmati hidup dengan kebun karet tersebut banyak dirasakan masyarakat di provinsi ini,karena kebun karet merata di 13 kabupaten/kota kecuali di Kota Banjarmasin, Banjarbaru, dan Barito Kuala.

Kendati sekarang harga karet turun tidak menyurutkan warga untuk terus menggeluti usaha tersebut, karena mereka yakin berdasarkan pengalaman karet termasuk komoditi yang fluktuasi harga begitu sering terjadi dan diyakini harga tersebut akan kembali membaik.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement