Rabu 18 Jul 2012 01:45 WIB

Sistem KRL Dibangun Sejak 1994

Rangkaian kereta rel listrik (KRL) di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Senin (23/1). (Republika/Wihdan Hidayat)
Rangkaian kereta rel listrik (KRL) di Stasiun Pasar Senen, Jakarta, Senin (23/1). (Republika/Wihdan Hidayat)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Sistem persinyalan KRL di Jabodetabek mulai dibangun pada 1994. Tiga lintasan persinyalan yang dibangun ketika itu adalah lintas Bekasi, lintas Jakarta-Manggarai, dan lintas Manggarai- Bogor. Kemudian tahun 1997 dibangun di Stasiun Manggarai, Senen, Jatinegara, dan Tanah Abang, hingga selanjutnya tahun 1999 dibangun persinyalan jalur lingkar. Saat ini, berdasarkan data PT KAI, sistem persinyalan melayani 1194 perjalanan kereta api perhari pada jaringan kereta api sepanjang 4.969 kilometer jalur di Jawa dan Sumatara.

Terdapat dua sistem persinyalan KRL yaitu sistem mekanis dan sistem elektris. Dari 529 stasiun, 60 persen atau 316 stasiun KRL menggunakan sistem mekanis dengan lima jenis perangkat sinyal dan 40 persen atau 213 stasiun menggunakan sistem elektris dengan 10 jenis perangkat sinyal dengan rata-rata berumur lebih dari 15-30 tahun.

Sistem persinyalan elektris KRL Jabodetabek menggunakan solid state interlocking (SSI) yang dilengkapi dengan centralized train supervisory (CTS) yang memantau perjalanan kereta api secara terpusat. Sinyal SSI memiliki kapasitas besar sehingga mampu menjangkau area yang panjang, interlocking yang terpusat, sistem petak blok yang terbuka, mampu mendeteksi kereta api menggunakan penjejak sirkuit sehingga banyak impedance bond (IB) dan kabel di sepanjang jalur, serta membutuhkan sumber daya listrik yang berasal dari jaringan listrik bertegangan 6 kilovolt.

Sistem persinyalan berbasis serba elektronik SSI dibuat berdasarkan stan dar British Railways. Pabrikasinya dila kukan oleh Westinghouse Signal Limited (WSL) dan GEC Alsthom. ‘’Sistem interlockingnya menggunakan triple processor dengan prinsip 2 out of 3 state. Sistem didesain untuk stasiun besar dan untuk pembangunan yang terdiri dari stasiun kecil. Satu interlocking dapat mengendalikan dua atau tiga stasiun kecil dengan sistem remote,” ujar Direktur Jenderal Perkeretaapian Kementrian Perhubungan Arief Heryanto.

Masing-masing sistem persinyalan memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan sistem mekanis lebih handal menghalau petir, suku cadang lebih murah, dan hemat energi. Namun, tidak bisa mendeteksi kereta api, waktu pelayanan lambat, dan ada kemungkinan human error.

Sedangkan sistem persinyalan elektris atau menggunakan listrik memiliki keunggulan yakni tingkat keamanan yang lebih baik, waktu pelayanan cepat, dan memiliki sistem cadangan atau redundancy sistem. Akan tetapi, peralatan listrik cepat usang, relatif mahal, dan memakai daya listrik yang rawan petir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement