Selasa 17 Jul 2012 07:19 WIB

Kemenparekraf Kembangkan Wisata Bahari di Ambon

Seorang wisatawan tengah menikmati keindahan kehidupan bawah laut. Indonesia memang dikenal memiliki potensi wisata bahari yang tinggi (ilustrasi)
Foto: Antara
Seorang wisatawan tengah menikmati keindahan kehidupan bawah laut. Indonesia memang dikenal memiliki potensi wisata bahari yang tinggi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, AMBON -- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sedang membangun potensi wisata bahari di Maluku melalui kegiatan Bimbingan Teknis Pengembangan Wisata Bahari yang dilaksanakan di Ambon, 16 - 17 Juli 2012.

Direktur Pengembangan Daya Tarik Wisata dari Ditjen Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sutyaningsih Retnowati, di Ambon, Senin, mengatakan, kegiatan itu dilaksanakan karena potensi bahari di Maluku luar biasa.

"Pemerintah pusat bersinergi dengan pemerintah daerah untuk bersama-sama membangun potensi wisata. Khusus di Maluku dilaksanakan bimbingan teknis wisata bahari karena kita tahu di sini baharinya luar biasa," kata Sutyaningsih Retnowati.

Ia berharap, "output" yang dihasilkan dari kegiatan tersebut akan membantu pengembangan wisata bahari di Maluku.

Sementara itu, seorang pemateri, Agus Wiyono dalam presentasinya tentang pemahaman ekowisata (ecotourism) menjelaskan manfaat dan kesuksesan yang bisa tercipta dari sektor itu.

Dijelaskan Agus, ekowisata adalah suatu bentuk perjalanan wisata bertanggungjawab ke area alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi lingkungan dan melestarikan kehidupan dan kesejahteraan penduduk setempat (The Ecotourism Society, 1990).

Menurut dia, ekowisata yang sukses akan membantu melestarikan biodiversity, memberikan masukan yang adil dalam ekonomi dan sosial kepada masyarakat lokal, dan mendatangkan wisatawan yang terus menerus atau berkelanjutan.

Dia mencontohkan kegiatan ekonomi wisata yakni mendaki gunung, berkemah, mengamati burung, ikan paus atau satwa liar, jalan santai dengan gajah atau kuda, arung jeram dan menyelam.

Dia juga menjelaskan hal-hal yang dilakukan orang saat berekowisata tapi bukan esensi dari kegiatan pariwisata tersebut, seperti aktivitas yang merusak alam karena mengendarai jeep atau speedboat di kawasan ekosistem yang rawan.

"Ada pula wisatawan yang mungkin sudah melakukan kaidah ecotourisme di area konservasi tapi cara dia menuju ke tempat itu tidak ramah lingkungan atau menimbulkan kerusakan di tempat lain," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement