REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ratusan pengemudi angkutan kota dan bis Terminal Leuwi Panjang akan diberi layanan kesehatan.
Jika mereka terkena sakit, klinik yang ada di terminal terbesar di Bandung itu menyediakan layanan kesehatan. Klinik akan berisi peralatan medis, obat-obatan dan dokter jaga.
Sopir angkot jurusan Abdul Muis-Elang, Wawan (40 tahun), mengaku senang dan sangat mendukung adanya klinik kesehatan di terminal.
Selama ini, ia harus memeriksakan kesehatan di puskesmas yang aksesnya cukup jauh dari tempatnya bekerja. Sementara Andri (42), tak jauh berbeda dengan Wawan. Ia senang dengan program tersebut.
Namun demikian, ia ingin pelaksanaannya nanti memang benar-benar dilakukan. Selain itu, lanjut Andri, ruangan klinik terlalu kecil. Sehingga, tidak mungkin akan dapat menampung sopir yang sakit.
"Untuk ke depannya kalau bisa ruangan diperluas dan layanan kesehatan ditingkatkan," katanya.
Sementara itu, Dinas Perhubungan Kota Bandung sangat menyambut baik adanya klinik untuk para sopir tersebut meski belum beroperasi.
Menurut Plt Dishub Bandung, Ubad Bachtiar, pengemudi memang jarang diperhatikan dan pemerintah belum mampu konsentrasi untuk kesehatan
para pengemudi.
Syukurnya, banyak pihak yang ingin berkontribusi. Menurutnya, layanan kesehatan ini bekerja sama dengan Yayasan Jasa Pertiwi dan koperasi para pengemudi (Kobanter).
Memang, klinik belum digenapi dengan bantuan operasional sehari-sehari untuk para pelayan kesehatan. Namun, pemerintah akan memikirkan hal itu nanti.
Dishub Bandung, katanya, akan berkonsentrasi agar klinik tersebut memeroleh perizinan, salah satunya izin dari Dinas Kesehatan Kota Bandung.
Menurut Wakil Ketua Yayasan jasa Pertiwi, Aucke Aulia, para sopir hanya perlu merogoh kocek Rp 500 per harinya. nantinya, uang tersebut harus diberikan sopir kepada koperasi yang menanunginya, misalnya, Koperasi Kobanter.
Kemudian, setelah organisasi tersebut mengelola keuangan, Yayasan Jasa Pertiwi akan mengaturnya sehingga para sopir mendapatkan layanan kesehatan.
Lanjut Aucke, fasilitas kesehatan seperti obat-obatan, rawat jalan hingga rawat inap dapat diperoleh para sopir. Aucke mengaku hanya kesulitan untuk memeroleh perizinan klinik tersebut.
Sementara itu, Ketua Kobanter Baru Kota Bandung Dadang Hamdani menyebut di Kota Bandung ada 14 ribu sopir angkot yang menjalankan 30 trayek.
"Kobanter sejauh ini sudah menanungi para sopir dalam layanan kesehatan, namun belum maksimal. Maka, adanya klinik ini diharap mampu melayani kesehatan para sopir," katanya.