REPUBLIKA.CO.ID, KARIMUN, KEPRI - Nelayan Kabupaten Karimun, Provinsi Kepulauan Riau diminta melapor ke Badan Koordinasi Keamanan Laut (Bakorkamla) jika ditangkap dan diperlakukan kasar oleh aparat Malaysia dengan alasan memasuki perairan negara jiran itu.
"Kalau ada penangkapan dan perlakuan kasar aparat Malaysia, segera melapor ke Bakorkamla karena kedua negara sudah menandatangani nota kesepahaman terkait perlakuan terhadap nelayan yang memasuki perairan kedua negara," kata Kasubdit Taslaut Ditwilhan Kementerian Pertahanan RI, Kolonel Laut (KH) Haris Djoko N dalam acara Sosialisasi Batas Maritim dan Udara di Gedung Nasional Tanjung Balai Karimun, Kamis (12/7).
Djoko mengatakan, nota kesepahaman atau MoU telah ditandatangani kedua negara di Bali beberapa waktu lalu, isinya bahwa setiap nelayan memasuki perairan kedua negara tidak boleh ditangkap, tetapi digiring untuk kembali ke perairan negaranya.
"MoU ditandatangani sebagai tindak lanjut banyaknya insiden penangkapan nelayan. Jadi, kalau ada nelayan di Karimun yang memasuki perairan Malaysia lalu ditangkap, apalagi diperlakukan kasar maka segera melapor ke Bakorkamla atau TNI AL di daerah setempat," tegasnya.
Pernyataan Djoko itu terkait pengakuan Samin, salah seorang nelayan Kecamatan Tebing, Kabupaten Karimun yang mengaku pernah ditangkap dan diperlakukan kasar oleh Polis Marine Malaysia saat memasuki perairan internasional.
"Kami mengacu pada peta internasional bahwa posisi kami berada di perairan internasional. Ternyata kami ditangkap Polis Marine Malaysia. Dalam insiden itu, sarana tangkap rekan kami dirampas dan dibakar kapalnya," ucapnya.
Ketua Gabungan Nelayan Tradisional Karimun Acai Lim juga mempertanyakan ketidakjelasan batas perairan Indonesia-Malaysia sehingga menimbulkan nelayan khawatir ditangkap aparat Malaysia. "Nelayan di Karimun diliputi kekhawatiran ketika menangkap ikan di perairan perbatasan," ucapnya.
Terkait hal itu, Djoko mengatakan, hingga saat ini belum ada kesepakatan soal titik koordinat perbatasan kedua negara di Karimun. "Dulu kita memang selalu mengalah dengan sikap Malaysia yang mengurangi batas perairan. Namun sekarang kita siap 'fight' mempertahankan batas teritorial kita," ucapnya.
Dia mengatakan Malaysia merupakan negara yang sering merugikan Indonesia jika dibandingkan sembilan negara lain yang juga memiliki perbatasan laut dengan Indonesia, yaitu Singapura, Thailand, Filipina, India, Vietnam, Republik Palau, Australia, Timor Leste dan Papua Nugini.