REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pengelola Dana Moneter Internasional (IMF), Christine Lagarde, mengunjungi Indonesia dalam membicarakan terkait rencana pemberian pinjaman pemerintah Indonesia kepada IMF sebesar 1 miliar dolar AS. Menurut Ketua Dewan Penasihat Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Pusat, Jimly Asshiddiqie, Indonesia terlalu berlebihan jika jadi memberikan pinjaman tersebut.
"Kalau jadi memberi pinjaman itu nampak berlebihan, saya kira itu tidak perlu. Yang kasih IMF biar dari AS," kata Jimly Asshiddiqie usai acara Workshop 'Hijrah Moral Untuk Kebangkitan Indonesia' di Jakarta, Selasa (10/7).
Jimly menambahkan Indonesia tidak memiliki urgensi yang mendesak dalam memberikan pinjaman sebesar 1 miliar dolar AS kepada IMF. Pemberian pinjaman kepada IMF itu juga tidak memiliki keuntungan apa pun bagi Indonesia.
Ia mengimbau, lebih baik dana tersebut digunakan untuk pembangunan di Indonesia. Jika ingin berpartisipasi dalam berbagai forum internasional, dana tersebut dapat diberikan kepada organisasi internasional di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), seperti UNESCO dan UNICEF.
Selain itu, katanya, masyarakat Indonesia telah memiliki citra buruk terhadap IMF dengan menganggapnya sebagai instrumen penjajahan negara-negara besar seperti AS terhadap negara-negara berkembang. Jimly juga mengekritik negara-negara berkembang lainnya yang turut serta memberikan pinjaman kepada IMF, seperti Malaysia dan Brasil.
Masyarakat pun dapat mencurigai Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memiliki agenda pribadi dalam pemberian pinjaman itu. "Nanti malah menimbulkan kesan seolah-olah ada kepentingan atau agenda pribadi dari Presiden SBY. Maka itu lebih baik jangan," tegas pakar hukum yang saat ini menjabat sebagai Ketua Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP).