REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Gerakan Nasional Anti Narkotika (Granat), Henry Yosodiningrat, menyatakan tidak kurang dari Rp 1 triliun uang sia-sia digunakan untuk membeli narkoba setiap harinya. Pecandu memanfaatkan itu untuk memenuhi kebutuhan sakawnya seperti halnya memakan nasi setiap hari.
Uang sebanyak itu dihitungnya berdasarkan jumlah pecandu narkoba saat ini dikalikan Rp 200 ribu. Penjabarannya adalah Rp 200 ribu dikalikan 5 juta pengguna narkoba. Hasilnya adalah Rp 1 triliun. Dalam satu bulan sudah mencapai Rp 30 triliun. Setahun mencapai Rp 365 triliun.
"Bayangkan, kejahatan macam apa yang menghabiskan uang sebanyak itu," jelas Henry, saat dihubungi, Senin (9/7). Narkoba dianggapnya sebagai kejahatan nomor wahid yang paling berbahaya saat ini.
Tidak kurang dari 50 orang mati akibat kecanduan narkoba setiap harinya. Secara psikologis, narkoba merusak mental masyarakat. Saraf-saraf menjadi rusak akibat kecanduan. Secara sosial, narkoba menciptakan lingkungan individualistis. Satu pecandu dengan pecandu lainnya saling berebut mendapatkan narkoba. Mereka bisa saling membunuh. "Parah sekali," jelas Henry.
Dia mengimbau negara untuk tidak tinggal diam melihat semakin maraknya peredaran narkoba di Indonesia. Bayangkan, jelasnya, sekitar 12 tahun lalu, jumlah pecandu hanya 2-3 juta jiwa. Sekarang sudah 5 juta jiwa. Angka pecandu terus merangkak naik. Hal ini, jika terus dibiarkan maka akan mengakibatkan negara kalah dengan bandar dan sindikat narkoba.
Jangan-jangan, kata dia, sudah ada kartel besar di Indonesia sehingga membuat pemerintah menjadi pengecut sehingga tidak berdaya menghadapi kejahatan ini.