Rabu 04 Jul 2012 22:06 WIB

Kerusakan Terumbu Karang Jatim Capai 60 Persen

Rep: Agus Raharjo/ Red: Dewi Mardiani
Terumbu Karang (Ilustrasi)
Terumbu Karang (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Surabaya--Kekayaan bawah laut Provinsi Jawa Timur (Jatim) terancam hilang. Sebab, keadaan terumbu karang di pesisir pantai Jatim mengalami kerusakan parah. Tidak tanggung-tanggung, kerusakan terumbu karang mencapai 60 persen dari seluruh terumbu karang yang ada di dasar laut pantai Jatim.

Jumlah itu merupakan hasil pemetaan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim. Namun, angka pastinya belum ada. Hal itu didapat dari seluruh jumlah terumbu karang seluas 118 ribu hektare di wilayah timur provinsi Jatim. Kerusakan paling parah, terjadi di Kabupaten Sumenep. Pasalnya, perilaku menangkap ikan di Sumenep masih banyak menggunakan bahan peledak.

"Di sana terumbu karang tidak lebih dari 40 persen," ungkap Erjono, Kepala Bidang Kelautan, Pesisir dan Pengawasan, Rabu (4/7).

Menurut Erjono, terumbu karang merupakan mata rantai ekosistem laut. Sebab, terumbu karang dapat melindungi pantai dari ombak besar yang terjadi di laut. Oleh karena itu, jika terumbu karang terganggu, dapat mempengaruhi ketersediaan ikan di laut. Selain di Sumenep, di Situbondo dan Banyuwangi juga telah mengalami kerusakan parah. Indikatornya, tambah Erjono, dapat dilihat dari keadaan pasir pantainya. Jika pasir sudah berubah coklat, maka terumbu karang bisa dipastikan sudah rusak.

Erjono menambahkan, selain karena penangkapan ikan dengan bahan peledak, terumbu karang juga rusak akibat racun, dan efek 'global warming'. Racun dan global warming memiliki dampak lebih luas dibanding bahan peledak. Sebab, efek yang diakibatkan dari keduanya berlangsung lambat serta merata. "Pertama, terumbu karang akan memutih, selanjutnya tinggal menunggu matinya," tambah Erjuno.

Pemprov Jatim sendiri, tambah Erjono, sudah melakukan upaya perbaikan sejak 10 tahun lalu. Namun, karena pertumbuhan terumbu karang sangat lambat, hasilnya belum dapat dirasakan maksimal saat ini. Sebab, dalam setahun, terumbu karang hanya pengalami pertumbuhan 5-6 cm. Perbaikan itu, tambah Erjono, dilakukan dengan membidik perilaku masyarakat sekitar pantai. Tujuannya, masyarakat semakin sadar dengan manfaat jangka panjang keberadaan terumbu karang dengan hasil ikan di laut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement