Ahad 01 Jul 2012 22:40 WIB

Berstatus Waspada, Gunung Anak Krakatau Kian Diminati Wisatawan

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Heri Ruslan
Anak Gunung Krakatau
Foto: AP
Anak Gunung Krakatau

REPUBLIKA.CO.ID,  BANDAR LAMPUNG – Meski Gunung Anak Krakatau (GAK) masih berstatus waspada, namun wisatawan mancanegara dan nusantara yang berkunjung ke gunung berapi tersebut terus meningkat.

Setiap harinya, tak kurang dari seratus ribuan orang mendekati gunung yang pernah meletus tahun 1883 tersebut.

“Pokoknya ramai terus. Setiap harinya lebih dari 100 ribuan pengunjung Gunung Anak Krakatau,” kata Supar, salah seorang staf pegawai Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Lampung, Ahad (1/7).

Menurut dia, para pengunjung tersebut terdiri dari wisatawan mancanegara dan wisatawan lokal, yang sengaja ingin melihat langsung dari dekat Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda.

Para wisatawan ini, ungkap dia, lebih banyak menempuh gunung berapi tersebut dari Anyer, Provinsi Banten, langsung menuju perairan Selat Sunda, dibandingkan dengan dari Dermaga Canti, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.

Ia menyatakan wisatawan asing lebih memilih berangkat dari Anyer, Banten, dibandingkan dari Lampung. Pasalnya, wisatawan asing bisa pergi pulang setelah puas menikmati panorama GAK pada siang dan sore hari. “Mereka lebih dekat dari Anyer, sewa kapal dan bisa langsung pulang ke Bandara Cengkareng (Soekarno-Hatta),” tuturnya.

Sedangkan dari Lampung, setelah turun dari Bandara Radin Inten II, para wisatawan harus menempuh perjalanan lebih kurang tiga jam lebih lagi untuk menuju Dermaga Canti, Lampung Selatan. Lamanya waktu perjalanan darat ini, membuat wisatawan harus menginap di pulau terdekat gunung tersebut.

Sementara itu, Andi Suwardi, kepala Pos Pemantau GAK di Desa Hargopancoran, Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Lampung, dalam beberapa pecan terakhir, terjadi penurunan frekwensi kegempaan GAK per harinya. Meski terjadi penurunan frekwensi kegempaan vulkanik, status GAK di Selat Sunda, masih level waspada.

Kepada pengunjung gunung berapi tersebut, termasuk nelayan dan warga, ia mengimbau larangan untuk mendekat kawasan gunung dalam jarak radius dua kilometer.  “Sampai saat ini, statusnya masih waspada, dan dilarang mendekat dengan radius dua kilometer,” ungkapnya.

Status waspada GAK telah berlangsung setahun lebih, setelah sebelumnya sempat masuk level Siaga I. Andi menyebutkan pihaknya belum menurunkan status waspada, meski ada penurunan jumlah kegempaan dari hari ke hari.

Ia berharap pengunjung baik wisatawan maupun nelayan atau warga sekitar untuk tetap tidak mendekati kawasan GAK dalam radius dua kilometer. Zat belerang yang dikeluarkan dari perut GAK masih dinilai berbahaya bagi keselamatan pengunjung. Sebab, GAK masih menyemburkan zat-zat beracun dari kawahnya.

GAK pernah mengalami intensitas kegempaan yang disertai keluarnya kandungan kimia beracun dari kawah gunung, pada tahun 2010 lalu. Jumlah kegempaan yang tercatat di atas 3.000 kali per harinya, dan status GAK pun menjadi Siaga I. Sementara pada laporan yang diperoleh, selama Juni ini, intensitas kegempaan GAK tercatat hanya 112 hingga 127 per hari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement