Sabtu 30 Jun 2012 20:10 WIB

Utang Boleh, Asal Paham Ilmunya

Rep: Gita Amanda/ Red: Chairul Akhmad
Berutang di bank (ilustrasi).
Foto: Antara/Widodo S Jusuf
Berutang di bank (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Berutang untuk usaha boleh asalkan harus paham ilmunya. Jika tidak paham ilmunya, bukannya kaya seseorang malah akan menjadi budak utang.

Director of Organizational and Member Development Indonesian Islamic Business Forum, M Farid Tri Widodo mengatakan, sebaiknya untuk membangun usaha utang adalah satu hal yang harus dihindari.

Namun, itu bukan berarti utang sama sekali tak boleh dilakukan. "Asal paham ilmunya, berutang sah-sah saja dilakukan," kata Farid saat ditemui seusai launching buku terbaru Happy Trenggono bertajuk "9 Pertanyaan Fundamental" di Jakarta Bookfair, Sabtu (30/6).

Farid mengatakan, salah satu 'ilmu' utang adalah paham atau tahu kapan waktu yang tepat untuk berutang. Selama ini, mindset yang ada di masyarakat adalah, berutang di saat usaha sedang menurun bahkan terancam bangkrut.

Padahal menurut Farid, berutang justru boleh dilakukan saat usaha sedang dalam kondisi baik. Dengan berutang dalam kondisi terpuruk, maka akan semakin memperburuk usaha dan keadaan.

Farid mengatakan, selama ini masyarakat justru bertindak sebaliknya. Mereka berutang disaat kondisi usaha 'suram'. Semestinya mereka berutang saat usaha naik, untuk meningkatkan usaha. "Kalau usaha lagi buruk, justru sebaiknya aset dialihkan ke uang cash. Jadi, sebaiknya memegang uang cash dan bukan berutang," jelasnya.

Farid juga menegaskan, agar masyarakat tidak berutang untuk sesuatu yang berkaitan dengan kegiatan konsumtif. Terlebih untuk sesuatu yang tidak terlalu diperlukan.

Sebab, kebanyakan masyarakat di Indonesia masih sangat konsumtif. Mereka melegalkan berbagai cara, agar perilaku konsumtifnya dapat terpuaskan. Ini yang membuat banyak dari mereka akhirnya berutang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement