Kamis 28 Jun 2012 17:09 WIB

Tragis, Pulang dari Bahrain TKW tak Bisa Bicara dan Lumpuh

Rep: riga nurul iman/ Red: Heri Ruslan
Calon TKW Indonesia dalam penampungan, ilustrasi
Foto: Wordpress
Calon TKW Indonesia dalam penampungan, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID,  SUKABUMI — Nasib tragis kembali menimpa seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Kabupaten Sukabumi. Bedah (29 tahun) warga Kampung Lembur Kawung RT 02 RW 05, Desa Sukamekar, Kecamatan Sukaraja ini pulang dari luar negeri dalam keadaan tidak bisa bicara dan lumpuh.

Keterangan yang dihimpun dari keluarga menyebutkan, Bedah pulang dari Bahrain pada akhir November 2011 lalu. Sebelum bekerja di Bahrain, Bedah sempat menjadi TKW di Arab Saudi. Bedah bekerja selama tiga tahun di luar negeri.

Saat ditemui di rumahnya Kamis (28/6) sore, Bedah hanya terbaring di tempat tidur dengan kondisi yang memprihatinkan. ‘’Selepas pulang Bedah memang sudah tidak bisa bicara,’’ terang ibu kandung Bedah, Kokom (50). Sehingga keluarga kesulitan memperoleh informasi mengenai penyebab sakitnya.

Menurut Kokom, Bedah tidak bisa bicara karena ada bekas luka pada lidahnya. Namun, hingga kini keluarga belum mengetahui penyebabnya.

Kokom mengatakan, tangan dan kaki anaknya itu pun tidak berfungsi secara normal. Akibatnya, dia terpaksa menyuapi Bedah dengan bubur. Pasalnya, Bedah hanya bisa makan dengan makanan tersebut.

Lebih lanjut Kokom menerangkan, awalnya keluarga sempat mendapatkan informasi bahwa Bedah telah meninggal dunia dari sponsor. Informasi ini langsung ditindaklanjuti dengan menggelar tahlilan. ‘’Namun, ada informasi Bedah masih hidup dan di rawat di rumah sakit,’’ cetus dia.

Selepas pulang ke kampung halamannya, Bedah sama sekali tidak bisa mengungkapkan penyebab sakitnya. ‘’Jadi keluarga tidak tahu apakah karena penyiksaan atau bukan,’’ terang Kokom.

Namun, pada saat dirawat, Bedah merasa ketakutan ketika melihat seseorang yang berbadan tinggi atau wanita yang memakai cadar. Selama di Sukabumi, Bedah sempat dirawat di Rumah Sakit Assyifa dan RSUD R Syamsudin SH, Kota Sukabumi.

Diakui Kokom, upaya pengobatan anaknya itu cukup mahal. Untuk sekali terapi membutuhkan biaya sebesar Rp 300 ribu. Sementara di sisi lain, penghasilan keluarga hanya bersumber dari penghasilan suaminya sebagai buruh tani.

Ayah tiri Bedah, Duki Dasuki (65) menambahkan, kepulangan Bedah ke Sukabumi tidak diantar oleh perusahaan yang memberangkatkannya maupun aparat pemerintah. Bedah diantar pulang oleh seorang dokter asal Kalimantan yang bertugas di Bahrain.

Selain mengantar pulang, dokter yang bernama Adriansyah ini pun memberikan santuan berupa  uang sebesar Rp 17 juta. Bantuan tersebut berasal dari dokter dan perawat di rumah sakit Bahrain.

Selama bekerja di luar negeri, keluarga tidak pernah mendapatkan kiriman uang dari Bedah. Hal ini diduga karena Bedah tidak memperoleh gaji yang seharusnya diterima.

Menurut Duki, selama pulang di Sukabumi ada seseorang dari Jakarta yang menjanjikan bantuan. Namun, hingga kini janji tersebut tidak pernah ditepati.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement