REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Memasuki musim kemarau, aksi para preman air semakin meresahkan. Para petani pun meminta aparat kepolisian dapat menindak tegas para preman yang menguasai pintu-pintu air tersebut. Kondisi itu seperti yang dialami para petani di Desa Lingga Jati, Kecamatan Arahan, Kabupaten Indramayu. Akibat ulah preman air, tanaman padi mereka yang rata-rata baru berumur dua minggu kini terancam mati karena tak mendapat air.
‘’Ulah para preman air itu sangat merugikan petani,’’ ujar Kepala Desa Lingga Jati, Aladin, Senin (25/6). Aladin menjelaskan, guna menghindari kekeringan di wilayahnya, Wakil Bupati Indramayu, Supendi, telah menentukan jatah pembagian air. Untuk sawah-sawah wilayah Kecamatan Arahan, telah ditentukan jatah pembagian air pada Kamis–Ahad.
Namun ternyata, lanjut Aladin, pada hari-hari tersebut, jatah air tak kunjung sampai ke wilayahnya. Dia bahkan mendapat informasi, jatah air tersebut dialihkan oleh preman air ke wilayah kecamatan lain.
Aladin pun mengaku geram dengan kondisi tersebut. Dia menyatakan, para preman itu beraksi karena dibayar oleh petani kaya di wilayah kecamatan lain. Padahal, wilayah tersebut seharusnya belum mendapat jatah pembagian air.
Aladin menjelaskan, para preman air itu selama ini selalu berjaga-jaga di pintu air. Mereka akan mengalihkan jalannya air ke sawah petani yang berani membayar mereka. ‘’Ini sungguh ironi. Air seharusnya bisa diperoleh petani secara gratis,’’ tegas Aladin.
Salah seorang petani di Desa/Kecamatan Arahan, Sadi, juga mengaku sangat kesal dengan ulah para preman air. Pasalnya, gara-gara tindakan para preman itu, areal sawahnya jadi tidak kebagian air. Aksi mereka pun akan semakin merajalela seiring dengan datangnya puncak musim kemarau. ‘’Mereka akan bekerja buat siapapun yang membayar,’’ tutur Sadi.
Karena itu, Sadi berharap, pemerintah dan aparat kepolisian tidak menutup mata dengan kondisi tersebut. Dia pun meminta agar para preman penguasa pintu air ditindak secara tegas.
Sebelumnya, keluhan maraknya premanisme air juga disampaikan massa yang tergabung dalam Serikat Tani Indramayu dalam unjuk rasa di depan gedung DPRD Indramayu, 14 Mei 2012. Mereka berasal dari sejumlah kecamatan, di antaranya Kecamatan Kroya, Gabus Wetan, Haurgeulis, Gantar, dan Kandanghaur.