REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Duta Baca Indonesia (DBI), Tantowi Yahya, dapat memahami tindakan pembakaran terhadap buku berjudul '5 Kota Paling Berpengaruh di Dunia'. Ia menilai, jika buku itu dibiarkan beredar akan sangat berpotensi menyulut konflik sosial.
''Iya kalau saya sih melihatnya itu wajar, karena kalau itu beredar bisa jadi huru-hara,'' kata Tantowi usai menghadiri acara pengumuman nominasi AMI Award di Jakarta, Jumat (15/6).
Dalam buku itu tertulis kalimat yang menghina Nabi Muhammad SAW yang disebut sebagai perompak dan perampok.
Tanto -- begitu Tantowi akrab disapa -- pun sangat memaklumi sikap penerbit Gramedia Pustaka Utama yang telah membakar buku tersebut bersama dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Tanto mengatakan, dalam suasana demokrasi semacam ini masih diperlukan adanya pembatasan terhadap norma. Ia juga mengatakan, tak bisa begitu saja buku yang mengumbar penistaan agama maupun yang mengandung pornografi dapat beredar.
''Tetap harus ada aturannya,'' kata politisi Partai Golkar ini.